TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Luar Negeri terus memantau kondisi warga negara Indonesia (WNI) di Sudan, ketika konflik yang melibatkan militer masih membuat tegang ibu kota Khartoum pada Senin, 17 April 2023.
Sedikitnya 97 warga sipil tewas dan 365 terluka sejak pertempuran di Sudan dimulai pada Sabtu pagi, 15 April 2023, menurut data yang diterbitkan oleh Komite Sentral Dokter Sudan, sebuah kelompok aktivis. Pemerintah belum mengumumkan angka dampak kerusuhan.
Sejak Senin pagi, pengeboman dan serangan udara terdengar di Khartoum selama sekitar dua jam. Menurut Reuters, sebelum serangan berat mereda, tembakan artileri berlanjut.
“Hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban konflik bersenjata di Sudan,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha kepada Tempo melalui pesan singkat.
“KBRI telah memberikan bantuan logistik kepada WNI yang membutuhkan, menyediakan layanan hotline KBRI jika ada WNI yang mengalami situasi kegawatdaruratan,” ujar Judha menambahkan.
Perebutan kekuasaan yang berlarut-larut meningkatkan risiko Sudan jatuh ke dalam perang saudara empat tahun setelah otokrat Omar al-Bashir yang telah lama berkuasa digulingkan dalam pemberontakan.
Perang juga menggagalkan upaya yang didukung internasional untuk meluncurkan transisi sipil yang akan ditandatangani sebelumnya bulan ini.
Bentrokan kali ini adalah pecahnya kekerasan pertama di ibu kota dalam beberapa dekade terakhir. Konflik juga telah menyebar ke bagian lain Sudan.
Pertempuran melibatkan angkatan bersenjata melawan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang kuat. Pemimpin kedua belah pihak memegang dua posisi teratas di dewan penguasa Sudan.
Sebelumnya Judha mengatakan, saat ini tercatat ada sekitar 1.209 WNI yang menetap di Sudan. Dalam pesan kepada Tempo, Senin, dia menjelaskan, pihak pemerintah sudah menyiapkan rencana kontinjensi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan.