TEMPO.CO, Jakarta - Israel menyerang tempat suci umat Islam, Masjid Al Aqsa dan bersikap keras terhadap orang-orang di masjid tersebut. Erdogan pun menyatakan bahwa insiden tersebut melukai hati nurani seluruh umat manusia serta umat Islam.
Akibatnya, tidak mungkin bagi Tuki untuk tetap diam menghadapi provokasi dan ancaman terhadap status dan spiritualitas Masjid Al Aqsa. Ia pun mengatakan kepada Presiden Israel, Isaac Herzog bahwa ketegangan yang juga menyebar ke Gaza dan Lebanon seharusnya tidak dibiarkan meningkat selama periode sensitif, ketika Ramadan dan bertepatan dengan Paskah Yahudi.
Seruan kelompok Yahudi radikal untuk menyerbu Masjid Al-Aqsa meningkatkan reaksi dan kekhawatiran, terutama selama periode itikaf yang akan dimulai pada 11 April 2023. Selain itu, perlu diperhatikan juga bahwa insiden ini terjadi setiap Ramadan sehingga tidak dapat dibiarkan menjadi nasib kawasan saja. Masalah ini perlu diselesaikan dengan mengambil langkah-langkah yang bertujuan untuk menegakkan keadilan dan keadilan, sebagaimana diberitakan hurriyetdailynews.
Profil Presiden Israel, Isaac Herzog
Isaac Herzog lahir pada 22 September 1960 di Tel Aviv, Israel. Herzog termasuk generasi ketiga dari salah satu keluarga politik paling terkemuka di Israel. Kakeknya, Isaac Halevi Herzog adalah kepala rabi pertama di Irlandia setelah kemerdekaannya dan kepala rabi Ashkenazi kedua dalam mandat Inggris di Palestina. Lalu, ayahnya, Chaim Herzog, kepala pertama intelijen militer Israel dan presiden Israel pada 1983-1993.
Herzog menyelesaikan pendidikan menengahnya di New York City. Ia juga mengambil kursus di Universitas New York dan Universitas Cornell sebelum akhirnya kembali ke Israel bersama keluarganya. Saat berada di Israel, ia mendaftar di Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Saat bertugas di IDF, Herzog bertemu dengan Michal Afek yang berada di Korps Intelijen. Mereka pun menikah pada 1985 dan memiliki tiga anak. Usai menyelesaikan wajib militernya sebagai perwira utama di Korps Intelijen, ia menempuh studi hukum di Universitas Tel Aviv dan bergabung dengan firma hukum ayahnya.
Merujuk britannica, Herzog pertama kali terjun dalam dunia politik dengan bergabung dalam pelayanan publik sebagai sekretaris Dewan Ekonomi-Sosial pada 1988. Lalu, ia diangkat menjadi sekretaris pemerintahan Partai Buruh Israel Ehud Barak dan terpilih ke Knesset sebagai wakil dari Partai Buruh.
Pada 2005, Partai Buruh bergabung dalam koalisi dengan pemerintahan pimpinan Likud Ariel Sharon yang membuat Herzog menjadi penanggung jawab Kementerian Perumahan dan Konstruksi. Herzog pun memegang jabatan lain di pemerintahan berikutnya, di antaranya mengepalai Kementerian Pariwisata dan Kementerian Diaspora, Masyarakat, dan Perjuangan Melawan Anti-Semitisme serta menjadi bagian Kementerian Kesejahteraan dan Layanan Sosial.
Pada 2013, Herzog terpilih sebagai ketua Partai Buruh. Lalu, menjelang pemilihan Knesset 2015, ia bergabung dengan sentris Tzipi Livni untuk membentuk tiket bersama bernama Persatuan Zionis yang menempati posisi kedua dalam pemilihan 24 kursi. Namun, pada 2017, ia kehilangan jabatannya memimpin Partai Buruh. Diatur untuk kehilangan posisinya yang menonjol di Knesset setelah pemilihan berikutnya, ia menerima tawaran untuk mengepalai Badan Yahudi dan mengundurkan diri dari Knesset pada pertengahan 2018.
Pada Mei 2021, Isaac Herzog mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden Israel yang mencitrakan dirinya sebagai sosok persatuan. Terlepas dari sifat kepresidenan Israel yang sebagian besar bersifat seremonial, sosok Herzog sebagai presiden menjadi dambaan dunia. Selama menjabat sebagai Presiden, ia menjadi Presiden Israel pertama yang mengunjungi Uni Emirat Arab dan melakukan kunjungan resmi ke Yordania.
Pilihan Editor: Isaac Herzog Terpilih Jadi Presiden Israel
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.