TERORISME?
Tatarsky, yang bernama asli Maxim Fomin, memiliki lebih dari 500.000 pengikut di Telegram dan mendukung invasi Rusia di Ukraina.
Dia membuat namanya terkenal di awal operasi dengan menerbitkan video yang menganalisis situasi militer di lapangan dan menawarkan saran untuk memobilisasi pasukan, menurut TASS.
Sebuah kelompok bernama Cyber Front Z, yang menyebut dirinya di media sosial sebagai "pasukan informasi Rusia", mengatakan telah menyewa kafe untuk malam itu.
Outlet media lokal, Fontanka, mengatakan setidaknya ada 100 orang yang hadir dalam acara tersebut.
"Ada serangan teroris. Kami mengambil langkah-langkah keamanan tertentu tetapi sayangnya itu tidak cukup," kata kelompok itu di Telegram.
"Belasungkawa kepada semua orang yang mengenal koresponden perang yang luar biasa dan teman kami Vladlen Tatarsky," katanya.
Tatarsky, 40 tahun, berasal dari wilayah Donetsk di Ukraina timur. Wilayah ini diklaim Rusia dan saat ini sebagian besar dikuasai oleh pasukan Rusia.
Menanggapi serangan itu, pembantu presiden Ukraina Mykhaylo Podolyak mengatakan di Twitter "pertanyaan kapan terorisme domestik akan menjadi instrumen pertarungan politik internal adalah masalah waktu".
Pada Agustus 2022, dinas keamanan FSB Rusia menuduh Ukraina berada di belakang pemboman mobil di luar Moskow yang menewaskan putri ideolog Rusia garis keras Alexander Dugin - tuduhan yang dibantah oleh Kyiv.
Juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan blogger seperti Tatarsky "adalah pembela kebenaran", dan mengecam pemerintah Barat karena tidak bereaksi cepat terhadap pengeboman tersebut.
Kegagalan untuk berkomentar "terlepas dari keprihatinan mereka terhadap kesejahteraan jurnalis dan kebebasan pers berbicara sendiri", katanya, merujuk pada kecaman luas atas penangkapan reporter AS Evan Gershkovich.
Pilihan Editor: Rusia Umumkan Nama Wanita Ukraina Terduga Pelaku Peledakan Moskow
CNA | REUTERS