TEMPO.CO, Jakarta - Rencana kunjungan Raja Charles III ke Prancis mulai Minggu 26 Maret 2023 terpaksa dibatalkan menyusul protes besar-besaran menolak reformasi pensiun. Hal ini diungkapkan Istana kepresidenan Prancis pada Jumat 24 Maret 2023.
"Keputusan ini diambil oleh pemerintah Prancis dan Inggris setelah percakapan telepon antara presiden dan raja pagi ini," kata sebuah pernyataan. “Kunjungan kenegaraan ini akan ditata ulang sesegera mungkin.”
Raja Inggris itu dijadwalkan tiba di Prancis pada Minggu dalam kunjungan kenegaraan pertamanya sebagai raja, sebelum berangkat ke Jerman pada Rabu.
Dalam sebuah pernyataan, Istana Élysée mengatakan keputusan untuk menunda kunjungan telah diambil oleh pemerintah Prancis dan Inggris menyusul percakapan telepon antara Emmanuel Macron dan Charles pada Jumat pagi setelah protes massal terhadap pemerintah Prancis.
Hal senada diungkapkan Istana Buckingham. “Kunjungan kenegaraan Raja dan Permaisuri ke Prancis telah ditunda. Yang Mulia sangat menantikan kesempatan untuk mengunjungi Prancis segera setelah tanggal ditentukan.”
Warga yang marah pada presiden Prancis melanjutkan protes pada Jumat setelah demonstrasi massal sehari sebelumnya. Mereka juga merencanakan aksi selanjutnya pada Selasa depan selama kunjungan kerajaan Charles.
Lebih dari 450 pengunjuk rasa ditangkap pada Kamis ketika sekitar 300 demonstrasi menarik lebih dari satu juta orang di seluruh negeri. Massa memprotes perubahan pensiun yang tidak populer yang akan menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun.
Serikat pekerja mengatakan lebih dari 3 juta orang turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang undang-undang yang diperdebatkan dengan sengit. Aturan ini kemudian didorong melalui parlemen tanpa pemungutan suara minggu lalu.
Presiden dan istrinya, Brigitte, akan mengadakan perjamuan untuk Charles dan Camilla, permaisuri, di bekas istana kerajaan di Versailles. Mereka kemudian akan melakukan perjalanan dengan kereta api ke Bordeaux pada Selasa untuk menyaksikan bekas kebakaran hutan musim panas lalu sebelum membuka konsulat Inggris di kota itu dan mengunjungi kebun anggur organik.
Hingga protes Kamis, para pejabat Prancis bersikeras bahwa kunjungan itu akan dilanjutkan meskipun ada ancaman gangguan. Namun, serikat CGT mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Kami tidak akan melakukan pekerjaan penyambutan seperti menggelar karpet merah atau pembuatan bendera dan dekorasi lainnya."
Sandrine Rousseau, dari kiri radikal La France Insoumise, berkata: "Lebih penting mendengarkan para demonstran daripada menggelar karpet merah untuk raja."
Pilihan Editor: Sindir Prancis Soal Unjuk Rasa, Iran: Hindari Kekerasan dan Dengarkan Demonstran!
AL ARABIYA