TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menginvestasikan US$2,76 miliar (sekitar Rp 41 triliun) di Republik Islam dalam tahun finansial berjalan, yang berakhir pekan ini, kata Ehsan Khandouzi kepada Financial Times. Investasi-investasi ini dibuat dalam berbagai sektor seperti industri, pertambangan dan transportasi, menurut menteri tersebut.
“Kami mendefinisikan hubungan kami dengan Rusia sebagai strategis dan kami bekerja sama di banyak aspek, terutama hubungan ekonomi,” kata Khandouzi.
Ia menekankan bahwa China dan Rusia adalah dua mitra ekonomi utama Iran dan bahwa Teheran berencana untuk memperluas hubungan dengan mereka dengan menerapkan “kesepakatan strategis”.
Mengenai tuduhan-tuduhan oleh Ukraina dan sekutu Baratnya bahwa Iran memasok drone-drone bersenjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang melawan Ukraina, Khandouzi mengatakan bahwa konflik itu "disayangkan" bagi Iran. Namun, dia tidak menjawab ketika ditanya apakah Teheran menerima pendapatan dari penjualan senjata ke Rusia.
Selasa, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei membantah tuduhan-tuduhan itu dan alih-alih menuduh Amerika Serikat memulai konflik di Ukraina dan mengambil keuntungan darinya.
Wakil Gubernur Bank Sentral Iran, Mohsen Karimi, mengatakan pada Januari bahwa Iran dan Rusia telah menghubungkan komunikasi antarbank dan sistem transfer mereka untuk membantu mendorong transaksi perdagangan dan keuangan.
Sejak AS memperlakukan kembali sanksi-sanksi kepada Iran pada 2018, negara itu terputus dari layanan pesan keuangan SWIFT yang berbasis di Belgia, sebuah titik akses perbankan internasional utama.
Beberapa bank Rusia juga menghadapi pembatasan-pembatasan serupa sejak invasi Moskow ke Ukraina tahun lalu.
Sanksi-sanksi itu membatasi kemampuan Iran untuk menarik investasi asing, dengan Afghanistan sebagai investor asing kedua terbesar setelah Rusia, dengan nilai US$315 juta (setara Rp 4,7 triliun), menurut data yang dikeluarkan kementerian keuangan Iran yang dikutip Financial Times.
Investasi China baru sebesar US$131 juta (sekitar Rp 1,9 triliun, di belakang Irak dan Uni Emirat Arab, menyiratkan bahwa bukan hanya bisnis Barat yang ragu-ragu untuk melakukan bisnis di Iran.
AL ARABIYA ENGLISH
Pilihan Editor: Shou Zi Chew, Siapa CEO TikTok Ini Sebenarnya?