TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat di Beijing menertawakan pernyataan Amerika Serikat yang khawatir akan keamanan crane raksasa asal Cina. Derek kargo ukuran jumbo ini banyak digunakan di pelabuhan Amerika Serikat.
Pejabat keamanan nasional dan Pentagon dilaporkan meninjau kerentanan yang terkait dengan derek kapal ke pantai yang dibuat oleh perusahaan milik negara China ZPMC. Mesin yang diproduksi oleh perusahaan industri berat yang berbasis di Shanghai itu telah digunakan di Amerika Serikat selama dua dekade.
Derek buatan China, yang juga beroperasi di pelabuhan digunakan pula oleh militer AS. Menurut pejabat tersebut dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, crane berisi sensor canggih yang dapat memantau logistik termasuk asal dan tujuan peti kemas. Akibatnya timbul kekhawatiran bahwa perangkat keras tersebut dapat digunakan sebagai alat mata-mata oleh Cina. .
"Klaim itu benar-benar paranoia," ujar Mao Ning, juru bicara kementerian luar negeri China pada jumpa pers reguler di Beijing, Senin, 6 Maret 2023. Dia menyebut kekhawatiran itu menyesatkan publik Amerika.
Peralatan ZPMC menguasai 70 persen pangsa pasar global, dan hampir 80 persen derek digunakan di pelabuhan Amerika Serikat. Mesin ZPMC dibuat dengan baik dan jauh lebih murah dibandingkan yang dipasok dari Barat.
Di antara kekhawatirannya adalah potensi peralatan pengangkat tugas berat dikendalikan dari jarak jauh. Sehingga ia berkesimpulan bahwa operasi logistik AS dapat terganggu.
Derek kargo dikirim ke AS dalam keadaan dirakit sepenuhnya. Kadang-kadang alat derek itu dioperasikan oleh warga negara China dengan visa AS. Pejabat keamanan nasional tidak merinci contoh mesin yang telah digunakan sebelumnya.
Masalah produk Cina ini telah masuk radar Washington. Anggota parlemen meminta studi dari Departemen Perhubungan tentang keamanan dunia maya dan ancaman keamanan nasional yang ditimbulkan oleh derek buatan asing di pelabuhan Amerika Serikat.
Rabu pekan lalu, Komite Urusan Luar Negeri di parlemen mengajukan RUU untuk memberi Presiden AS Joe Biden wewenang membatasi aplikasi berbagi video populer TikTok. Dua hari sebelumnya, sebuah memo Gedung Putih memerintahkan semua lembaga eksekutif menghapus aplikasi tersebut dari perangkat pemerintah.
NEWSWEEK
Pilihan Editor: Tentara Rusia Gunakan Sekop Lawan Ukraina karena Amunisi Kosong