TEMPO.CO, Jakarta - Li Qiang, calon kuat pemimpin China di masa mendatang, adalah tokoh yang berada di balik pencabutan pembatasan ketat dan kebijakan nol-Covid.
Saat protes yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kebijakan nol-Covid meningkat pada November 2022, Li yang baru-baru ini diangkat ke posisi kedua di Komite Tetap Politbiro Partai Komunis, memanfaatkan momen tersebut.
Pejabat tinggi China dan pakar medis diam-diam merumuskan rencana selama beberapa minggu sebelumnya untuk membongkar strategi nol-Covid Presiden Xi Jinping dan secara bertahap membuka kembali negara itu menjelang akhir 2022, dengan tujuan untuk mendeklarasikan kembali ke normalitas pada Maret 2023, demikian laporan Reuters, Jumat, 3 Maret 2023, mengutip 4 nara sumber..
Li, yang akan ditunjuk sebagai perdana menteri bulan ini, mengambil pandangan yang lebih mendesak.
Dia tiba-tiba membuat keputusan untuk mengaktifkan rencana pembukaan kembali lebih cepat dari yang direncakan pakar medis, sebagai upaya menahan kerugian ekonomi akibat kampanye nol-Covid dan protes, kata empat orang dan sumber lain yang mengetahui masalah tersebut.
Hasilnya adalah pembukaan kembali yang kacau pada Desember, ketika China tiba-tiba mengakhiri penguncian, pengujian massal, dan pembatasan lainnya.
Pemnerintah China belum secara terbuka menjelaskan proses pengambilan keputusan di balik pencabutan nol-Covid.
Xi dan Li, serta kabinet China belum memberikan pernyataan tentang masalah ini.
Protes pada bulan November menandai titik balik dalam penanganan Covid oleh pemerintah. Xi kemudian mengizinkan Li, sekutu lamanya, untuk mengambil alih, kata dua sumber.
Sekitar waktu ini, jutaan orang di China menonton Piala Dunia sepak bola di Qatar, di mana rekaman stadion yang penuh sesak dan penggemar tanpa masker membuat pengguna media sosial China mengeluh tentang perbedaan yang mencolok dengan situasi mereka.
Pemicu terakhir untuk mempercepat pembukaan kembali datang pada akhir November. Setelah kebakaran mematikan di wilayah Xinjiang China, protes yang menyerukan diakhirinya nol-Covid membengkak menjadi pertunjukan perbedaan pendapat terbesar di China daratan sejak Xi mengambil alih kekuasaan.
Xi menyalahkan protes pada kaum muda yang frustrasi oleh pandemi. Namun dia mengatakan varian Omicron, bukan Delta yang lebih mematikan, sekarang dominan di China, membuka jalan bagi pembatasan yang lebih longgar, kata pejabat senior Uni Eropa kepada Reuters setelah Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan tokoh senior Uni Eropa lainnya bertemu dengan Xi pada 1 Desember 2022.
Akhirnya, pada 7 Desember, China mengumumkan perubahan besar pada kebijakan Covid-nya, dengan tiba-tiba mengakhiri banyak pembatasan seperti penguncian, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan lokal. Rencana pembukaan kembali pada awalnya akan mempertahankan pengujian massal, tetapi Li memilih relaksasi yang lebih luas, kata dua sumber.
Segera setelah pembukaan kembali, virus menyebar, rumah sakit dan krematorium kewalahan dan apotek diserbu. Tidak gentar, Li mendesak para pejabat selama telekonferensi nasional pada 25 Desember untuk segera menyebarkan sumber daya dan mengamankan pengobatan dan perawatan untuk kelompok-kelompok utama, termasuk orang tua dan anak-anak.
Li mengatakan kepada para pejabat bahwa "waktunya tepat dan kondisi dasarnya ada" untuk menangani Covid sebagai penyakit Kategori B yang tidak terlalu parah.
Pada 16 Februari, Xi Jinping mengumumkan "kemenangan yang menentukan" atas Covid dalam pertemuan dengan para pemimpin puncak, menurut Xinhua, menggambarkan penilaian dan keputusan partai, termasuk "penyesuaian besar" pada strategi pandemi, sebagai "sepenuhnya benar", efektif dan diterima dengan baik oleh masyarakat.
Pilihan editor Usai Bertemu di G20 New Delhi, Sergei Lavrov dan Blinken Saling Serang
REUTERS