TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Israel membunuh 10 warga Palestina, termasuk setidaknya tiga orang bersenjata dan tiga sipil, serta melukai lebih dari 100 orang dalam serangan atas sebuah kota rawan kekerasan di Tepi Barat yang diduduki, Rabu, 22 Februari 2023, kata para saksi dan petugas medis.
Militer Israel mengkonfirmasi operasi di Nablus, dengan mengatakan pasukannya membalas tembakan setelah dihujani peluru saat berusaha menangkap militan yang dicurigai merencanakan serangan-serangan dalam waktu dekat. Tidak ada korban di pihak Israel, kata sebuah pernyataan tentara.
Jihad Islam faksi militan Palestina mengatakan dua dari komandan Nablusnya dikepung di sebuah rumah oleh pasukan Israel, memicu bentrokan yang menarik orang-orang bersenjata lainnya. Ledakan-ledakan terdengar dan pemuda setempat melempari kendaraan pengangkut pasukan lapis baja dengan batu.
Sumber-sumber Palestina mengatakan dua komandan Jihad Islam dibunuh bersama seorang pria bersenjata. Jumlah kematian juga mencakup setidaknya tiga warga sipil, di antara mereka adalah seorang laki-laki tua berusia 72 tahun dan remaja berusia 14 tahun. Para petugas medis mengatakan 102 warga Palestina terluka, enam di antaranya kritis.
Nablus dan kota tetangganya, Jenin, telah menjadi fokus penyerangan yang telah diintensifkan Israel sejak tahun lalu, menyusul rentetan serangan-serangan jalanan oleh warga Palestina di kota-kota mereka.
Enam puluh warga Palestina, termasuk orang-orang bersenjata dan sipil, telah dibunuh dalam 2023, kata menteri kesehatan Palestina. Sepuluh warga Israel dan seorang turis Ukraina tewas dalam serangan-serangan Palestina dalam periode yang sama, menurut kementerian luar negeri Israel.
“Kami mengutuk penyerangan pendudukan ke Nablus dan kami meminta penghentian serangan-serangan yang berkelanjutan terhadap rakyat kami,” kata Nabil Abu Rudeineh, juru bicara untuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Hamas, kelompok militan Palestina lainnya yang kadang-kadang bertempur bersama Jihad Islam mengatakan ada empat orang bersenjata, satu dari dari barisannya sendiri, dan mengisyaratkan kemungkinan pembalasan dari Jalur Gaza, sebuah teritori yang mereka kuasai.
"Perlawanan di Gaza memantau meningkatnya kejahatan yang dilakukan oleh musuh terhadap rakyat kami di Tepi Barat yang diduduki dan kehabisan kesabaran," kata Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, di Telegram.
Hamas dan Jihad Islam bersumpah untuk kehancuran Israel tetapi di masa lalu mengamati gencatan senjata yang dimediasi Mesir. Pembicaraan status kenegaraan Palestina yang disponsori AS telah terhenti selama hampir satu dekade.
REUTERS
Pilihan Editor: Menlu Cina: Jangan Ada Perang Dingin Baru di Asia Pasifik