TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengungkapkan satu WNI terdampak gempa Turki belum bisa dihubungi oleh Perwakilan RI di Ankara. Laporan menyebut korban bencana di selatan Turki dekat perbatasan Suriah itu terus bertambah.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, dalam pengarahan media di Jakarta pada Jumat, 10 Februari 2023, menyatakan, awalnya WNI yang hilang ada lima, termasuk satu ibu dan dua anak. Mereka sudah ditemukan.
Dua warga Indonesia lain yang hilang ada spa therapist. Satu dari pekerja migran itu sudah ditemukan. Satu yang hilang, keberadaannya sedang dicari di Diyarbakr.
KBRI Ankara, menurut Judha, akan menerjunkan tim lagi ke enam titik, mencakup Diyarbakir, Sanliurfa, Hatay, Gaziantep, Kahramanmara, dan Adana. “Kita memastikan tidak ada warga negara yang tidak tertolong di sana,” katanya.
Selain memantau WNI, dalam keterangan terpisah, KBRI Ankara menyebut pihaknya menyisir siapa yang membutuhkan evakuasi. Di samping itu, tim juga akan mengirim 179 paket bantuan logistik bagi WNI yang tersebar di wilayah gempa yang memilih tinggal.
Wilayah selatan Turki yang berbatasan dengan Suriah, diguncang oleh gempa dengan magnitudo 7,8 pada awal pekan ini. Bencana itu diikuti dua gempa susulan yang kuat. Banyak orang di zona bencana telah tidur di mobil mereka atau di jalan di bawah selimut dalam cuaca dingin yang membekukan.
Jumlah korban tewas gempa Turki-Suriah kini sudah melampaui jumlah 20.000 jiwa atau sudah melewati jumlah korban dalam gempa Jepang 2011 dan gempa Turki 1999.
Laporan laman harian Hurriyet dan media-media asing, termasuk Nikkei, pada Jumat 10 Februari 2023 menyebutkan bahwa sekitar 17.600 orang tewas di Turki dan sekitar 3.300 jiwa di Suriah. Dengan demikian, total sudah hampir 21.000 jiwa manusia hilang. Angka ini melebihi jumlah korban gempa dan tsunami di Fukushima, Jepang, pada 2011 yang merenggut 18.400 jiwa.