TEMPO.CO, Jakarta - Polisi yang menyelidiki bom bunuh diri yang menewaskan lebih dari 100 orang di sebuah masjid Pakistan, Selasa, 31 Januari 2023, mengatakan bahwa beberapa orang telah ditahan, dan mereka tidak mengesampingkan kemungkinan sang pelaku memiliki bantuan internal saat menghindari pemeriksaan keamanan.
Pengeboman itu adalah yang paling mematikan dalam satu dekade yang menyerang Peshawar, sebuah kota di barat laut yang bergejolak, dekat perbatasan Afghanistan. Semua, kecuali tiga, yang tewas adalah polisi. Ini adalah serangan tunggal paling mematikan terhadap pasukan keamanan Pakistan.
Pengebom menyerang pada Senin, ketika ratusan jamaah berkumpul untuk salat Zuhur di sebuah masjid yang dibangun untuk polisi dan keluarga mereka yang tinggal di area yang dijaga sangat ketat itu. “Kami menemukan beberapa petunjuk yang sangat bagus, dan berdasarkan petunjuk-petunjuk ini kami membuat penangkapan besar-besaran,” kata Kepala Kepolisian Peshawar Ijaz Khan kepada Reuters. “Kami tidak dapat mengesampingkan bantuan internal tetapi karena penyelidikan ini masih berlangsung, saya tidak dapat membagikan detail lebih banyak.”
Para penyelidik, yang termasuk petugas anti-terorisme dan intelijen, sedang memfokuskan perhatian pada cara penyerang itu berhasil menerobos pemeriksaan militer dan polisi yang kemudian masuk ke distrik Garis Polisi, sebuah permukiman mandiri dari era kolonial di pusat kota yang menjadi rumah bagi personel polisi berpangkat menengah dan lebih rendah bersama keluarga mereka.
Menteri Pertahanan Khawaja Asif mengatakan pengebom berada di barisan pertama di ruang salat ketika ia menyerang. Sisa-sisa jasad sang penyerang telah ditemukan, kata Kepala Polisi provinsi Moazzam Jah Ansari kepada Reuters.
“Kami yakin para penyerang bukan dari sebuah kelompok terorganisir,” tambahnya.
Kelompok militan paling aktif di kawasan itu, Taliban Pakistan, juga disebut Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), menolak bertanggung jawab atas serangan tersebut. Sejauh ini, belum ada satu kelompok pun yang mengklaim. Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah mengatakan kepada parlemen bahwa faksi yang memisahkan diri dari TTP harus disalahkan.
REUTERS
Baca Juga: Mogok Nasional Kembali Lumpuhkan Prancis, Protes Macron soal Skema Pensiun