TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pesawat Jetstar Australia yang penuh dengan turis, tak jadi mendarat di Denpasar, Bali kemarin. Dilansir dari news.com.au, pesawat tersebut tak disetujui mendarat oleh otoritas Indonesia.
Pesawat tersebut terpaksa kembali ke Melbourne setelah menempuh penerbangan selama berjam-jam. Sebelum terbang ke Bali, penumpang yang sebagian besar adalah warga Australia, harus menunggu di bandara Melbourne karena jadwal penerbangan molor. Semula pesawat dijadwalkan berangkat pukul 18:15 pada Selasa, namun lepas landas pada pukul 11 malam.
Sedikit penumpang yang tahu bahwa mereka akan mendarat kembali di bandara yang sama pada Rabu pagi. Seorang penumpang menggambarkan hal itu sebagai "mimpi buruk liburan." Ia mengatakan kepada news.com.au bahwa mereka hampir tiba di Denpasar ketika diberitahu oleh pilot bahwa pesawat tak memiliki izin untuk mendarat dan harus kembali ke Melbourne.
“Pesawat memilih Melbourne karena memiliki cukup bahan bakar dan akan lebih baik untuk staf, dan karena itu penerbangan baru,” kata penumpang yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Ketika pesawat mendarat kembali di Melbourne, sekitar delapan jam setelah keberangkatan, penumpang diberi tahu bahwa Boeing 787 Dreamliner tidak diizinkan mendarat di Bandara Bali sekitar pukul 2 pagi waktu setempat. “Sebagian besar pengunjung liburan yang telah mengalami gangguan besar beberapa kali merasa kesal dan bingung bagaimana sebuah penerbangan bisa hampir sampai tujuan namun ditolak mendarat,” kata penumpang tersebut.
Jetstar mengkonfirmasi bahwa telah terjadi “miskomunikasi internal” di dalam perusahaan. Kesalahan komunikasi itu menyebabkan gagalnya mendapatkan persetujuan yang diperlukan dari otoritas Indonesia untuk mendaratkan pesawat di Bali. Pilot baru diberi tahu di udara bahwa pesawat itu tidak disetujui.
“Kami menukar layanan Melbourne ke Bali kemarin dengan pesawat Boeing 787 yang lebih besar untuk mengangkut lebih banyak pelanggan selama liburan,” ujar juru bicara Jetstar, Rabu, 28 Desember 2022.
“Sayangnya, karena miskomunikasi, pertukaran pesawat tidak disetujui oleh regulator lokal di Indonesia. Segera setelah kami mengetahuinya, penerbangan kembali ke Melbourne. Kami tahu ini merupakan pengalaman yang sangat membuat frustrasi pelanggan dan dengan tulus meminta maaf atas apa yang terjadi.”
Juru bicara tersebut mengatakan penumpang yang tidak puas menunggu penerbangan baru ke Bali pada hari Rabu telah diberikan kamar hotel, voucher makan dan akan diberikan voucher perjalanan AU$ 200.
Simak: Sandiaga Uno Optimistis 1,4 Juta Wisatawan Australia Kunjungi Indonesia
NEWS.COM.AU