TEMPO.CO, Jakarta - Moskow sangat yakin pasokan sistem rudal Patriot canggih dari Amerika Serikat ke Ukraina tidak akan membantu menyelesaikan konflik atau menghalangi Rusia mencapai tujuan operasi militer. Paket terbaru bantuan Amerika Serikat itu diumumkan selama kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy ke Washington.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada Kamis, 22 Desember 2022, bahwa tidak ada tanda-tanda kesiapan untuk dilakukannya pembicaraan damai selama kunjungan Presiden Zelensky. Ini juga membuktikan Amerika Serikat melakukan perang proksi dengan Rusia hingga titik Ukraina terakhir.
“Ini tidak kondusif untuk penyelesaian cepat, justru sebaliknya. Ini juga tidak dapat mencegah Federasi Rusia mencapai tujuannya selama operasi militer khusus," kata Peskov menanggapi bantuan sistem Patriot.
Baca juga: Gaduh Amien Rais Sebut Ada Kekuatan Besar Berupaya Jegal Partai Ummat
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Sputnik/Sergey Guneev/Kremlin via REUTERS
Sebelumnya Zelensky mengatakan kepada Kongres Amerika Serikat pada Rabu, 21 Desember 2022, bantuan untuk negaranya merupakan investasi dalam demokrasi. Dalam pidatonya dia mengingatkan momen pertempuran melawan Nazi dalam Perang Dunia II untuk mendesak lebih banyak bantuan dalam perang melawan Rusia.
Amerika Serikat mengumumkan tambahan bantuan militer senilai USD$1,85 miliar atau sekitar Rp 28,8 triliun untuk Ukraina, di antaranya bantuan sistem pertahanan udara Patriot untuk membantu Ukraina menangkal rentetan rudal Rusia saat kunjungan Presiden Ukraina ke Washington. Zelensky mengatakan sistem rudal Patriot merupakan langkah penting dalam menciptakan perisai udara.
Kongres hampir menyetujui tambahan USD$44,9 miliar bantuan militer dan ekonomi darurat. Sejauh ini Amerika Serikat sudah mengirim USD$50 miliar ke Ukraina, yang dilanda konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Zelensky sendiri berharap dukungan AS berlanjut pada 2023.
"Ini adalah satu-satunya cara kita dapat menghilangkan instrumen teror utama negara teroris - kemungkinan untuk menyerang kota kita, energi kita," kata Zelenskiy pada konferensi pers Gedung Putih, berdiri di samping Presiden Joe Biden
Rusia meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari 2022 untuk menyingkirkan kaum nasionalis dan melindungi komunitas berbahasa Rusia. Ukraina dan negara-negara Barat menggambarkan tindakan Rusia itu sebagai agresi yang tidak beralasan.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Washington tidak melihat tanda-tanda bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia terlibat dalam upaya damai. Sedangkan, Peskov berpandangan lebih banyak pasokan senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina hanya akan memperdalam konflik.
Ukraina telah berulang kali diserang Rusia yang menargetkan infrastruktur energinya dalam beberapa pekan terakhir. Walhasil, jutaan warga Ukraina hidup tanpa listrik atau air mengalir di tengah musim dingin yang membekukan.
Militer Ukraina pada Rabu, 21 Desember 2022, melaporkan tentara Rusia menyerang sasaran di wilayah Zaporizhzhia sehingga mendorong pasukan Ukraina bergerak maju ke dekat kota Bakhmut dan Avdiivka, yang babak belur. Dua Kota ini telah menjadi titik fokus pertempuran di wilayah Donetsk.
Presiden Putin telah berjanji untuk memberikan militernya apa pun yang diperlukan. Perang Ukraina telah mendekati akhir bulan ke-10 dan Rusia berencana meningkatkan kapasitas Angkatan Bersenjatanya sampai lebih dari 30 persen.
REUTERS
Baca juga: Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.