Secara keseluruhan kekerasan sektarian di Irak telah menurun sejak sempat naik pada 2006 dan 2007 setelah invasi yang dipimpin Amerika Serikat pada 2003. Tapi serangan-serangan mematikan dan pemboman terus terjadi secara rutin.
Selain itu pada 2015 silam, Bala tentara pemerintah Irak terus-menerus menggempur Kota Tikrit dengan roket dan mortir. Hal itu sebagai disebut sebagai satu-satunya upaya untuk memaksa kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS supaya hengkang dari kota kelahiran bekas presiden Saddam Hussein itu.
Irak sangat berkepentingan merebut kembali Tikrit kala itu. Selain menjadi kunci menghancurkan benteng pertahanan ISIS di kota tersebut, langkah tersebut untuk merebut kembali sepertiga wilayah di Irak dan Suriah yang mereka caplok.
Pasukan Irak dan aliansi pendukungnya dari milisi Syiah untuk pertama kalinya memasuki Tikrit pada Rabu, 11 Maret 2015, melalui jalur utara dan selatan. Pada Kamis, 12 Maret 2015, Menteri Pertahanan Irak Khalid al-Obeidi mengunjungi pasukannya di Tikrit.
Sejumlah pasukan Irak dan militan Syiah melakukan konvoi di kota Tikrit setelah berhasil menaklukan Negara Islam (ISIS). dailymail.co.uk
"Kunjungan kami bertujuan mendukung semangat pasukan dan mengucapkan selamat kepada mereka atas kemenangan yang dicapai." ujar Khalid al-Obeidi kala itu. Komandan operasi militer di Salahuddin, Letnan Jenderal Abdul-Wahab al-Saadi juga menambahkan bahwa operasi militer tidak akan berhenti sampai ISIS keluar dari seluruh wilaya tersebut "Operasi militer masih terus berlanjut hingga seluruh wilayah Provinsi Salahuddin dibebaskan."
Amerika Serikat sangat menaruh perhatian terhadap sejumlah laporan yang menyebutkan milisi Syiah telah membakar gedung saat mereka menggempur Tikrit. Namun sejumlah pejabat AS tak bersedia memberikan konfirmasi mengenai serangan ke basis pertahanan ISIS tersebut.
Pejabat AS yang tak disebutkan namanya menyatakan mereka mengikuti masalah Tikrit dari dekat, termasuk melalui siaran video yang diunggah di media sosial. Namun sulit mengatakan siapa di balik pembakaran gedung tersebut, apakah milisi Syiah atau ISIS.
Pejabat AS menuturkan korban sipil yang tewas di sana sangat sedikit...