TEMPO.CO, Jakarta - Ketua pengadilan pemilihan Brasil, Alexandre de Moraes, menolak pengaduan dari sekutu Presiden Jair Bolsonaro terhadap hasil pemilihan presiden, di mana petahana kalah dengan selisih kecil, Rabu, 23 November 2022.
Luiz Inacio Lula da Silva mengalahkan Bolsonaro dalam pemilihan putaran kedua 30 Oktober, menandai kebangkitan menakjubkan bagi mantan presiden sayap kiri dan akhir dari pemerintahan sayap kanan Brasil dalam beberapa dekade.
Baca juga Lula Menang Pemilihan Presiden Brasil, Bolsonaro Ogah Mengakui?
Margin kemenangan Lula kurang dari dua poin persentase.
Moraes, yang menjabat sebagai hakim Mahkamah Agung, juga mendenda partai-partai dalam koalisi Bolsonaro hingga 22,9 juta reais (Rp66 miliar) untuk litigasi dengan itikad buruk, demikian isi dokumen pengadilan pemilihan.
Pada hari Selasa, Partai Liberal Bolsonaro mengajukan pengaduan untuk menggugat hasil pemilu dengan mengklaim beberapa mesin pemungutan suara elektronik cacat dan suara tersebut harus dibatalkan, sebuah argumen yang ditanggapi dengan skeptis oleh otoritas pemilu.
Berdasarkan ketentuan keputusan pengadilan pemilihan hari Rabu, dana politik untuk partai koalisi presiden diperintahkan diblokir sampai denda dibayarkan. Putusan itu juga memerintahkan penyelidikan atas penyalahgunaan struktur dan dana partai oleh ketua PL Valdemar da Costa Neto.
Dalam putusannya, Moraes menggambarkan gugatan tersebut sebagai "ofensif" terhadap norma-norma demokrasi, menambahkan bahwa hal itu berusaha untuk mendorong gerakan kriminal dan anti-demokrasi.
"Kotak suara menghasilkan file yang memungkinkan untuk mengidentifikasi dengan tepat peralatan yang digunakan. Ketika salah satu dari mekanisme ini berhenti bekerja, yang lain menggantinya, tanpa memengaruhi ketertelusuran dan kemungkinan mengidentifikasi kotak suara," kata keputusan tersebut.
Pakar pemilu dan analis politik mengecam gugatan pemilu dari sekutu Bolsonaro sebagai hal yang lemah, meskipun itu masih bisa memicu para pendukung yang telah memprotes kekalahannya di tempat pemungutan suara.
Reuters