TEMPO.CO, Jakarta - Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong Tengku Abdullah dari Pahang memanggil ketua Perikatan Nasional Muhyiddin Yassin dan pemimpin Pakatan Harapan Anwar Ibrahim pada pukul 16.30 waktu setempat, Selasa, 22 November 2022. Spekulasi kedua kubu berseberangan untuk menjadi satu kongsi muncul, di tengah hasil pemilu Malaysia yang belum pasti.
Baca juga: Raja Malaysia Panggil Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin ke Istana
Dalam sebuah pernyataan, Istana Negara mengatakan tidak ada satu pun anggota parlemen yang memiliki mayoritas sederhana untuk diangkat menjadi perdana menteri.
"Yang di-Pertuan Agong mengimbau masyarakat untuk tenang dan bersabar sampai pemerintahan baru terbentuk dan perdana menteri ke-10 negara dinominasikan," kata Staf Istana bidang Pengawas Rumah Tangga Kerajaan, Ahmad Fadil Shamsuddin, dalam keterangannya.
Berbicara kepada wartawan di luar Gerbang 2 Istana Negara pada pukul 14.20 waktu setempat, Raja Abdullah meyakinkan akan membuat keputusan rasional. Sebelum masuk istana, Raja Abdullah juga meminta warga Malaysia menerima keputusan akhir dan terus melangkah usai pemilu ini berlangsung – apapun itu.
Fadil mengatakan, Istana Negara menerima informasi tentang koalisi partai politik yang bekerja sama untuk membentuk pemerintahan baru setelah pemilihan umum.
“Setelah nama calon perdana menteri diterima, Yang di-Pertuan Agong, Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah, memverifikasi calon yang diyakini mendapat dukungan mayoritas di Dewan Rakyat untuk menunjuk Perdana Menteri baru sesuai dengan Pasal 43(2 )(a) dari Konstitusi Federal,” kata pernyataan itu..
Politik Malaysia masih terancam tidak stabil setelah pemilu dilangsungkan pada Sabtu, 19 November 2022.
Dua koalisi besar yang memenangkan mayoritas dalam pemilu Malaysia pada Sabtu, 19 November 2022 — Pakatan Harapan di bawah pimpinan Anwar Ibrahim dan Perikatan Nasional Muhyiddin Yassin, belum mendapat dukungan dari setidaknya 112 anggota parlemen yang diperlukan untuk membentuk 'simple majority'.
Negosiasi antara berbagai pihak disebut masih berlangsung sampai tenggat yang ditentukan Kerajaan Malaysia pada Selasa pukul 14.00 waktu setempat, 22 November 2022.
Reuters mewartakan, koalisi Anwar yang mengedepankan multi-etnis, memenangkan jumlah kursi terbanyak dalam pemilu pada Sabtu, 19 November 2022, dengan 82 kursi. Sementara Aliansi Muslim Melayu Muhyiddin yang cenderung konservatif, mendapatkan 73 kursi.
Koalisi Muhyiddin mendapatkan dukungan dari dua kubu politik yang lebih kecil pada Minggu, 20 November 2022, yang memberikannya kendali atas 101 kursi. Namun, jumlah itu masih kurang dari 112 kursi yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas di parlemen. Kubu Muhyiddin termasuk di antaranya partai Islam yang menyerukan hukum syariah.
Media di Malaysia mewartakan koalisi Anwar bertemu dengan aliansi petahana Barisan Nasional pada Senin pagi, 21 November 2022. Meskipun Muhyiddin telah menjadi mitra junior dalam pemerintahan saat ini dan telah menjadi pemimpin senior UMNO hingga beberapa tahun lalu.
Namun pada Selasa, 22 November 2022, Barisan mengumumkan tidak akan masuk ke dalam pemerintahan dan akan menjadi oposisi.
Pengamat konstitusi Malaysia menyebut, sebuah pemerintahan persatuan yang melibatkan dua partai atau koalisi dengan jumlah kursi terbanyak dapat dibentuk jika tidak ada yang berhasil menguasai mayoritas yang jelas.
Profesor Datuk Dr Shamrahayu Ab Aziz mengatakan, secara tradisional, partai atau koalisi dengan jumlah kursi tertinggi untuk membentuk pemerintahan.
Namun, secara teoritis ada kemungkinan (dan) praktik bahwa dua partai atau koalisi yang memiliki jumlah kursi tertinggi dan kedua bergabung untuk membentuk pemerintahan.
Opsi lain semua partai politik bersaing untuk mengamankan kepercayaan mayoritas. Bisa juga, pemerintahan lama membentuk pemerintahan baru.
"Tapi opsi terakhir - yaitu (mantan) perdana menteri atau pemerintahan sebelumnya diberi kesempatan untuk membentuk pemerintahan baru tidak cocok, karena ini tidak dapat diterima oleh rakyat," katanya.
Baca juga: Anwar Ibrahim Minta Suku Melayu, India, China Tak Terpecah Usai Pemilu Malaysia
THE STAR | FREE MALAYSIA TODAY | REUTERS