TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim percaya diri dalam menghadapi pemilihan umum Malaysia yang digelar hari ini, Sabtu, 19 November 2022. Unggul dalam jajak pendapat, Anwar memandang perlu adanya perubahan dalam lanskap peta politik di negeri jiran.
"Kalau kita kekalkan sistem lama, dia terus merosot," kata Anwar saat wawancara dengan Tempo, Jumat, 18 November 2022.
Pemilu Malaysia kali ini akan menjadi perlombaan sangat kompetitif antara tiga koalisi besar yang dipimpin oleh Perdana Menteri petahana Ismail Sabri Yaakob, pemimpin oposisi lama Anwar Ibrahim dan mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin.
Koalisi Barisan Nasional Ismail, yang kalah dalam pemilihan terakhir pada 2018 karena tuduhan korupsi, sedang berusaha mengembalikan citranya sebagai kandidat paling aman untuk mengelola ekonomi. Mantan perdana menteri Najib Razak, yang dipenjara menjalani hukuman 12 tahun karena korupsi atas skandal miliaran dolar di dana negara 1MDB, tetap menjadi andalan mendulang suara untuk Barisan.
Anwar menilai, pemerintahan saat ini korup walau dipimpin seorang Melayu dan kehilangan pendukung terutama generasi muda. Partai Islam Se-Malaysia (PAS) juga dianggap terlalu ekstrim kanan sehingga tidak mengedepankan keberagaman populasi Malaysia.
Kendati Anwar bukan wajah baru di politik Malaysia, dia meyakini pemilih muda bisa melihat visinya yang konsisten mendukung kemajuan. "Kita harus (progresif), sudah 60 tahun merdeka, yang memiskinkan mereka, yang menyebabkan jumud atau ke belakang adalah kepemimpinan elit politik yang korupsi. Apa kita harus mengalah dengan mereka atau maju untuk menerobos manantang sistem?" katanya.
Kontestasi politik di Malaysia akhir pekan ini menjadi yang paling ketat sejak kemerdekaan 1957, dengan jajak pendapat memprediksi tidak ada yang meraih kursi mayoritas di parlemen untuk membentuk pemerintahan. Jajak pendapat dan para analis mengatakan, koalisi yang dipimpin oleh Anwar diperkirakan akan memenangkan kursi terbanyak tetapi kurang dari mayoritas.
Aliansi saingan, termasuk yang dijalankan oleh Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob dan mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin, dapat bersatu untuk meraih jumlah yang diperlukan dan mencegah Anwar menduduki jabatan tertinggi.
Menurut sebuah survei oleh firma riset Inggris YouGov pada Rabu, 16 November 2022, Koalisi Pakatan Harapan pimpinan Anwar diperkirakan akan mengamankan bagian suara terbesar dengan 35 persen. Aliansi Perikatan yang dipimpin oleh Muhyiddin berada di jalur untuk 20 persen dan Barisan Nasional Ismail 17 persen.
Aliansi Ismail dan Muhyiddin adalah bagian dari koalisi yang berkuasa tetapi bersaing dalam pemilu secara terpisah. Sementara sekutu Anwar bisa kalah jika blok lain bekerja sama melawannya.
Anwar lebih dari dua dekade sebagai tokoh oposisi termasuk sembilan tahun dipenjara karena sodomi dan korupsi, tuduhan yang menurutnya bermotivasi politik.
Dia dibebaskan dari penjara pada 2018 setelah bergandengan tangan dengan mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, mentor sekaligus saingan lamanya, untuk mengalahkan Barisan pertama kalinya dalam sejarah Malaysia di tengah kemarahan publik terhadap pemerintah atas skandal 1MDB bernilai miliaran dolar.
Mahathir menjadi perdana menteri untuk kedua kalinya pada tahun 2018 pada usia 92 tahun, berjanji untuk menyerahkan kekuasaan kepada Anwar dalam waktu dua tahun, tetapi koalisi tersebut runtuh dalam 22 bulan karena pertikaian atas transisi tersebut.
Muhyiddin sempat menjadi perdana menteri, tetapi pemerintahannya runtuh tahun lalu, membuka jalan bagi Barisan untuk kembali berkuasa dengan Ismail Sabri Yaasin di pucuk pimpinan.
ANDINI EFFENDI (KUALA LUMPUR)