TEMPO.CO, Jakarta - Induk perusahaan Facebook, Meta Platforms berencana memulai PHK massal pekan ini terhadap ribuan karyawannya. Rencana PHK massal di Facebook dilaporkan pertama kali oleh Wall Street Journal pada hari Minggu, 6 November 2022. Meta telah menolak mengomentari laporan WSJ.
Baca: Meta, Induk Facebook, WhatsApp & Instagram, Hadirkan 120 Kreator 13 Negara di Bali
Induk Facebook, Meta pada Oktober memperkirakan pendapatan perusahaan turun sementara biaya membengkak pada tahun depan. Prospek mengecewakan datang pertumbuhan ekonomi global melambat, persaingan Meta dengan TikTok, perubahan privasi dari Apple, kekhawatiran tentang pengeluaran besar-besaran untuk metaverse dan ancaman regulasi.
Chief executive Meta, Mark Zuckerberg mengatakan dia berharap investasi metaverse memakan waktu sekitar satu dekade untuk membuahkan hasil. Sementara itu, dia harus membekukan perekrutan, menutup proyek dan mengatur ulang tim untuk memangkas biaya.
"Pada 2023, kami akan memfokuskan investasi pada sejumlah kecil area pertumbuhan prioritas tinggi. Jadi itu berarti beberapa tim akan tumbuh secara signifikan, tetapi sebagian besar tim lain akan tetap datar atau menyusut selama tahun depan. Secara agregat, kami berharap untuk mengakhiri 2023 sebagai ukuran yang kira-kira sama, atau bahkan organisasi yang sedikit lebih kecil dari sekarang," kata Zuckerberg pada akhir Oktober lalu.
Perusahaan media sosial itu pada Juni telah memangkas rencana mempekerjakan insinyur setidaknya 30 persen. Zuckerberg telah memperingatkan karyawan untuk bersiap menghadapi ekonomi yang melambat.
Pemegang saham Meta, Altimeter Capital Management, dalam sebuah surat terbuka kepada Mark Zuckerberg sebelumnya mengatakan bahwa perusahaan perlu merampingkan dengan memotong pekerjaan dan belanja modal. Altimer juga menambahkan bahwa Meta telah kehilangan kepercayaan investor karena menggenjot pengeluaran dan berputar ke metaverse.
Beberapa perusahaan teknologi, termasuk Microsoft, Twitter dan Snap telah memangkas pekerjaan dan mengurangi perekrutan dalam beberapa bulan terakhir karena pertumbuhan ekonomi global melambat. Faktor lain adalah suku bunga lebih tinggi, kenaikan inflasi, dan krisis energi di Eropa.
Simak: Elon Musk Akuisisi Twitter Setelah Pertempuran Hukum, Ini Kisah Aplikasi Cuitan
REUTERS