Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Geger Anak 8 Tahun di India Gigit Ular Kobra Sampai Mati

Reporter

image-gnews
Deepak, 8 tahun mengigit ulat kobra hingga mati. Foto : Dailymail
Deepak, 8 tahun mengigit ulat kobra hingga mati. Foto : Dailymail
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Deepak, anak laki-laki asal India, 8 tahun, bikin geger karena membunuh seekor ular kobra yang melingkar di lengannya. Dia membunuh ular berbisa itu dengan cara menggigitnya.

Kejadian ini terjadi pada Senin, 31 Oktober 2022, di desa terpencil Pandarpadh, Chhattisgarh tengah, India. Ketika itu, Deepak, diserang oleh ular kobra yang langsung menempel di lengannya saat dia bermain di luar rumah.

Baca juga: Tentara Bayaran Rusia, Grup Wagner, Membuka Markas Pertamanya

Ular kobra itu kemudian menggigit Deepak. Dia melawan rasa sakit dengan menggoyangkan lengannya yang sedang digigit ular kobra, tetapi tidak bisa melepaskan reptil tersebut. Pada saat itulah si anak laki-laki tersebut menggigit ular yang melilit lengannya dan berhasil membunuh binatang itu.

"Ular itu melilit tangan saya dan menggigit saya. Saya sangat kesakitan. Karena reptil itu tidak bergerak ketika saya mencoba melepaskannya, saya menggigitnya dengan keras dua kali. Itu semua terjadi dalam sekejap," kata Deepak kepada The New Indian Express.

.

Gigitan ular sangat umum di India. Sebuah penelitian yang diterbitkan minggu lalu mengungkapkan lebih dari 85 persen kematian akibat gigitan ular yang tercatat pada 2019 di India.

Khawatir akan nyawa Deepak setelah digigit, orang tua Deepak lantas membawanya ke puskemas terdekat. Dari pemeriksaan, dokter menemukan bahwa ia menderita gigitan kering, yang berarti ular kobra tidak mengeluarkan racun apa pun. Dia masih dipantau untuk memastikannya benar-benar pulih.

Gigitan kering sering diberikan oleh ular dewasa yang memiliki kendali penuh atas penyebaran racun dari kelenjar mereka.

Ular menggunakan racun untuk membunuh mangsanya, atau saat melawan predator berbahaya. Gigitan kering sering diberikan ketika ular mencoba untuk memperingatkan atau menakut-nakuti hewan, daripada membunuh mereka.

Distrik Jashpur tempat Deepak bergumul dengan ular kobra, memang dikenal dengan ular-ularnya. Ada lebih dari 200 spesies ular yang hidup di wilayah tersebut.

Data pada 2019 mengungkap dari 63 ribu orang yang diperkirakan meninggal akibat gigitan ular, ada sebanyak 51 ribu yang tewas di wilayah India. Para peneliti dari Universitas James Cook di Queensland, Amerikat Serikat mengatakan mereka tidak percaya WHO bisa mengurangi separuh jumlah kematian akibat gigitan ular pada 2030 akan tercapai.

Mereka juga menyinggung tentang akses yang buruk untuk anti-venom di daerah pedesaan yang miskin sebagai salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap angka kematian.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Richard Franklin, seorang profesor yang memimpin penelitian soal ular ini, mengatakan intervensi untuk mengamankan pengiriman antivenom yang lebih cepat perlu digabungkan dengan strategi pencegahan seperti meningkatkan edukasi dan penguatan sistem kesehatan di daerah pedesaan.

Dia juga mengatakan mengamankan akses antivenom di seluruh pedesaan di dunia sama dengan menyelamatkan ribuan nyawa. Hal ini harus diprioritaskan agar terpenuhinya tujuan pemberantasan penyakit tropis yang mematikan dan terabaikan WHO.

Penelitian yang diterbitkan bulan lalu di Nature Communications, para peneliti mengumpulkan data otopsi dan registrasi vital dari kumpulan data Global Burden of Disease. Ini digunakan untuk memodelkan proporsi kematian hewan berbisa karena ular berdasarkan lokasi, usia, jenis kelamin dan tahun.

Hasil penelitian mengungkap sebagian besar kematian akibat bisa ular terjadi di Asia Selatan, seperti Afghanistan hingga Sri Lanka, termasuk Pakistan, India, dan Bangladesh. Di India khususnya, angka kematian akibat gigitan ular mencapai 100 ribu orang. Angka ini jauh lebih tinggi dari rata-rata global yaitu 0,8.

Wilayah Afrika sub-Sahara berada di urutan kedua, dengan Nigeria memiliki jumlah kematian terbesar yaitu 1.460 orang. Franklin mengatakan setelah gigitan ular berbisa terjadi, kemungkinan risiko kematian meningkat jika antivenom tidak diberikan dalam tempo enam jam.

Di India, 90 persen gigitan ular berasal dari empat spesies, yakni krait, ular berbisa Russell, ular berbisa gergaji, dan ular kobra India.

"Anti-racun ada untuk semua spesies ini, tetapi mencegah kematian akibat gigitan ular tidak hanya bergantung pada keberadaan antivenom, namun juga penyebarannya ke daerah pedesaan dan kapasitas sistem kesehatan untuk memberikan perawatan bagi korban dengan komplikasi sekunder seperti kegagalan pernapasan neuro-toksik atau cedera ginjal akut yang membutuhkan dialisis," kata Franklin.

Meskipun 63 ribu kematian dapat dikatakan banyak, jumlah ini sebenarnya mengalami penurunan 36 persen dari jumlah kematian pada 1990. Namun, para peneliti memperkirakan jumlah kematian diperkirakan akan mencapai 68 ribu pada tahun 2050 karena peningkatan populasi.

DAILYMAIL | NESA AQILA

Baca juga: Ular Sanca Telan Warga di Jambi, King Cobra Patuk Tuannya di Trenggalek

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 jam lalu

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjalan melewati barisan tiang menuju Oval Office di Gedung Putih di Washington, AS, 13 Januari 2023. T.J. Kirkpatrick/Pool melalui REUTERS
Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.


Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Presiden AS Joe Biden saat kunjungannya di Chavis Community Center di Raleigh, North Carolina, AS, 26 Maret 2024. REUTERS/Elizabeth Frant
Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

11 jam lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

15 jam lalu

Sekelompok pengunjuk rasa memegang bendera kuning bertuliskan Khalistan, serta spanduk bergambar pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh, saat melakukan protes di luar konsulat India, seminggu setelah Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengemukakan kemungkinan keterlibatan New Delhi dalam aksi tersebut. pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar di British Columbia, di Toronto, Ontario, Kanada 25 September 2023. REUTERS/Carlos Osorio
Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.


WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

18 jam lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.


Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

1 hari lalu

Penumpang ketahuan membawa ular di Bandara Miami, Amerika Serikat, 26April 2024 (X/TSA_Gulf)
Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

Keamanan bandara menggunakan Advanced Imaging Technology (AIT) untuk mendeteksi kejanggalan pada penumpang itu sebelum naik pesawat.


3.300 Video Seks Sekutu PM Modi Menggegerkan Pemilu India

1 hari lalu

Para pendukung Partai Bharatiya Janata (BJP) merayakan kemenangan dengan mengibarkan bendera partai setelah mengetahui hasil hitung cepat pemilu India di Ahmedabad, India, 23 Mei 2019. [REUTERS / Amit Dave]
3.300 Video Seks Sekutu PM Modi Menggegerkan Pemilu India

India digegerkan oleh beredarnya video seks oleh seorang politisi yang merupakan sekutu PM Narendra Modi.


Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

2 hari lalu

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Ketut Sumedana (kiri) bersama Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kuntadi memberikan keterangan pers soal penetapan tersangka kasus jual beli emas Antam 1,1 triliun, Budi Said di Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2024. Kejaksaan Agung menetapkan crazy rich Surabaya Budi Said sebagai tersangka kasus permufakatan jahat pembelian emas Antam. Budi Said diduga bekerja sama dengan pegawai Antam Butik 1 Surabaya untuk membeli emas logam mulia dengan harga lebih murah. Akibatnya, PT Antam ditaksir merugi hingga Rp 1,1 triliun. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


7 Destinasi Wisata India Favorit Wisatawan Asing

3 hari lalu

Kota bernuansa pink di Rajasthan, Jaipur, India. Unsplash.com/Dexter Fernandes
7 Destinasi Wisata India Favorit Wisatawan Asing

Menariknya tidak hanya ibu kota India yang megah tapi juga beberapa daerah terpencil yang memikat hati wisatawan mancanegara