TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Brasil Jair Bolsonaro secara pribadi mengatakan kepada anggota Mahkamah Agung negara itu bahwa pemilihan umum sudah berakhir. Bolsonaro mengakui kekalahannya dari Luiz Inacio Lula da Silva.
Baca: Korea Utara Menembakkan Rudal Balistik ke Jepang, Rakyat Diminta Berlindung
Namun ribuan pendukung pemimpin sayap kanan itu turun ke jalan-jalan di seluruh Brasil, memblokir jalan raya utama dan pada Rabu, 2 November 2022, menyerukan angkatan bersenjata negara itu mencegah Lula menjabat.
Bolsonaro memecahkan hampir 48 jam keheningan publik pada Selasa sore dengan mengatakan kepada wartawan bahwa ia akan menghormati konstitusi Brasil, tetapi berhenti mengakui atau memberi selamat kepada saingan sayap kirinya.
Setelah pertemuan pribadi dengan Bolsonaro pada hari itu, Hakim Agung Luiz Edson Fachin mengatakan bahwa Bolsonaro mengatakan, “Sudah berakhir. Jadi, mari kita lihat ke depan.” Hakim Agung Fachin membuat komentar dalam siaran video di media lokal.
Diamnya Bolsonaro—baik dalam pernyataan publik maupun di media sosial—telah memicu kekhawatiran bahwa ia mungkin berusaha menentang hasil pemilu, terutama setelah ia secara salah mengklaim selama berbulan-bulan bahwa sistem pemungutan suara elektronik Brasil rentan penipuan.
Namun dalam pidato yang sangat singkat pada hari Selasa dari istana kepresidenan di Brasilia, Bolsonaro mengatakan, “Sebagai Presiden Republik dan sebagai warga negara, saya akan terus menghormati semua perintah konstitusi kita.”
Kepala staf Bolsonaro kemudian naik ke podium dan mengatakan Bolsonaro telah mengizinkan transisi ke pemerintahan Lula, yang akan dilantik pada 1 Januari 2023.
Lula menang dengan 50,9 persen suara sedangkan Bolsonaro meraih 49,1 persen suara dalam pemilu putaran kedua pada Ahad lalu. Kemenangan Lula mengakhiri kampanye pemilihan presiden yang paling memecah belah dalam sejarah Brasil.
Presiden Brasil periode 2003-2010 itu kini menghadapi tantangan sulit untuk menyatukan bangsa yang terpolarisasi. Perpecahan itu menjadi fokus utama pada hari Rabu ketika ribuan pendukung Bolsonaro berunjuk rasa di Sao Paulo, Rio de Janeiro, Brasilia, dan kota-kota lain untuk meminta militer mempertahankan kepemimpinan Bolsonaro.
Banyak yang membawa bendera Brasil yang disampirkan di bahu dan membunyikan klakson. Di luar Komando Militer Timur di Rio de Janeiro, salah satu dari delapan markas regional tentara, beberapa orang meneriakkan, “Angkatan bersenjata, selamatkan Brasil!” dan “Bersatu, rakyat tidak akan pernah terkalahkan!”
“Kami berharap tentara akan campur tangan dalam situasi ini,” kata Reinaldo da Silva, 65 tahun, seorang pensiunan pegawai pemerintah pada rapat umum di pintu masuk barak tentara Sao Paulo. “Saya datang hari ini karena ingin Brasil bebas, sosialisme tidak bekerja dengan bangsa Brasil.”
Kerumunan pendukung Bolsonaro—termasuk pengemudi truk, konstituen utamanya—juga telah menggunakan ban dan kendaraan yang terbakar untuk menutup jalan raya utama sejak pemungutan suara ditutup pada Ahad lalu.
Mahkamah Agung awal pekan ini memerintahkan polisi jalan raya federal membubarkan blokade, mengancam akan mengenakan denda jika tidak bertindak cepat. Polisi menyatakan jalan raya diblokir sebagian atau seluruhnya di 156 lokasi pada Rabu pagi, turun dari sekitar 190 malam sebelumnya. Penyumbatan terjadi di 15 negara bagian, terutama di kubu Bolsonaro di Santa Catarina dan Mato Grosso.
Dalam pidato kemenangannya pada Ahad lalu, Lula, yang berjanji membalikkan beberapa kebijakan paling kontroversial Bolsonaro, juga berjanji memerintah untuk seluruh 215 juta penduduk Brasil, bukan hanya mereka yang memilihnya.
“Kami memberi tahu dunia bahwa Brasil telah kembali,” Kata Lula dalam twitnya pada Selasa malam, 1 November 2022. Ia berjanji mengatasi kelaparan, ketidaksetaraan, dan krisis iklim. “Ini adalah Brasil yang akan kita bangun bersama. Dengan kerja, dialog, dan demokrasi.”
Baca: Amerika Menuding Korea Utara Memasok Peluru Artileri ke Rusia
AL JAZEERA | REUTERS