TEMPO.CO, Jakarta - Penarikan diri Rusia dari kesepakatan yang dimediasi PBB untuk mengekspor gandum dan biji-bijian melalui Laut Hitam ditengarai dapat memperdalam krisis pangan global. Keputusan Moskow angkat kaki dari kesepakatan itu juga diprediksi dapat memicu kenaikan harga.
Dua trader yang berbasis di Singapura mempercayai, ratusan ribu ton gandum yang dipesan untuk pengiriman ke Afrika dan Timur Tengah terancam menyusul keputusan Rusia keluar dari kesepakatan. Sementara ekspor jagung Ukraina ke Eropa juga diproyeksi akan melemah.
"Kalau saya harus mengganti kapal yang seharusnya datang dari Ukraina, apa saja pilihannya? Tidak banyak," kata salah satu trader (pedagang) biji-bijian asal Singapura yang memasok gandum ke pembeli di Asia dan Timur Tengah, seperti dikutip dari Reuters, Selasa, 1 November 2022.
"Kita harus melihat bagaimana situasinya. Masih belum jelas apakah Ukraina akan terus mengirimkan biji-bijian dan apa yang terjadi pada ekspor Rusia," kata pedagang itu.
Harga gandum di Chicago, Amerika Serikat pada Senin melonjak lebih dari 5 persen dan jagung naik lebih dari 2 persen atau melampaui proyeksi. Ekspor jagung Ukraina ke Eropa yang dipesan untuk November 2022 kemungkinan akan terpukul juga. Sementara, harga minyak kelapa sawit di Malaysia melonjak lebih dari 4 persen pada Senin, 31 Oktober 2022.
Australia sebagai pemasok gandum utama ke Asia, tidak mungkin dapat mengisi kesenjangan pasokan. Trader menyebut slot pengiriman sudah dipesan hingga Februari.
Saham Graincorp Australia yang membukukan kenaikan lima kali lipat dalam laba semester pertama karena kendala pasokan yang timbul dari konflik Rusia-Ukraina - naik lebih dari 7 persen.
Rusia menghentikan perannya dalam kesepakatan Laut Hitam pada Sabtu, 29 Oktober 2022, untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Moskow keluar karena pakta itu dianggap tidak dapat menjamin keselamatan kapal sipil yang berlayar setelah serangan terhadap kapal Black Armada laut.
Berdasarkan kesepakatan Laut Hitam pada Juli 2022, Pusat Koordinasi Gabungan (JCC) - yang terdiri dari pejabat PBB, Turki, Rusia dan Ukraina - menyetujui pergerakan kapal dan memeriksa kapal pembawa biji-bijian. Lebih dari 9,5 juta ton jagung, gandum, produk bunga matahari, barley, rapeseed, dan kedelai telah diekspor sejak komitmen itu dicapai.
Baca juga: Boikot Inisiatif Laut Hitam, Rusia Menyumbang 25 Ribu Ton Gandum ke Lebanon
Para pejabat Pusat Koordinasi Gabungan memeriksa biji-bijian dari Ukraina yang diangkut kapal kargo Razoni berbendera Sierra Leone selama inspeksi di Laut Hitam di lepas pantai Kilyos, dekat Istanbul, Turki, 3 Agustus 2022. Kementerian Pertahanan Turki/Handout via REUTERS
Pertama kali dalam sejarah, awal tahun ini harga gandum global melonjak ke level tertinggi. Harga jagung juga meroket memecahkan rekor 10 tahun karena invasi Rusia ke Ukraina memperparah krisis akibat cuaca buruk dan Covid-19.
PBB, Turki, dan Ukraina terus mendesak implementasi kesepakatan pengiriman biji-bijian lewat Laut Hitam. Ketiga delegasi pihak tersebut menyetujui rencana pergerakan 16 kapal yang berada di perairan Turki pada Senin, 31 Oktober 2022, setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan tersebut.
Pada Minggu, 30 Oktober 2022, JCC tanpa delegasi Moskow, telah menyepakati kapal beroperasi pada Senin, 31 Oktober 2022. PBB mengkonfirmasi, pergerakan 16 kapal pada Senin kemarin, termasuk 12 kapal keluar dan 4 kapal masuk.
Pejabat Rusia di JCC disebut telah diberitahu tentang rencana tersebut. Selain rencana itu, PBB, Turki, dan Ukraina juga memeriksa 40 kapal keluar pada Senin, 31 Oktober 2022.
"Kami tidak yakin apakah Rusia akan terus mengekspor gandum atau akan aman bagi kapal yang membawa gandum Rusia untuk dikirim dari Laut Hitam meskipun ekspor Ukraina tetap diblokir," kata pedagang kedua yang berbasis di Singapura di sebuah perusahaan internasional.
REUTERS
Baca juga: Halloween Itaewon Jadi Musibah Paling Mematikan Setelah Insiden Feri Sewol
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.