TEMPO.CO, Jakarta - Iran akan mengadakan persidangan publik terhadap sekitar 1.000 orang yang didakwa atas kerusuhan di Teheran sebagai bagian dari upaya pemerintah menghentikan aksi unjuk rasa yang telah berlangsung enam minggu.
Protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi ini menjadi penentangan paling berani terhadap penguasa Iran sejak revolusi 1979. Protes terus berlanjut meskipun ada peringatan yang semakin keras. Pengawal Revolusi pada hari Sabtu dengan blak-blakan mengatakan kepada para pengunjuk rasa untuk menjauh dari jalanan.
Para pemimpin Iran telah menggambarkan protes sebagai skenario yang dibuat musuh Republik Islam Iran, termasuk Amerika Serikat dan Israel.
Para pengunjuk rasa dari semua lapisan masyarakat telah ambil bagian, dengan mahasiswa dan perempuan memainkan peran menonjol.
Kantor berita semi-resmi Tasnim, mengutip hakim provinsi Teheran, mengatakan pengadilan terhadap sekitar 1.000 orang "yang telah melakukan tindakan sabotase dalam peristiwa baru-baru ini, termasuk menyerang atau membunuh penjaga keamanan, (dan) membakar properti publik".
Sidang akan digelar di Pengadilan Revolusioner. Persidangan akan berlangsung di depan umum minggu ini, katanya.
Amini meninggal dalam tahanan polisi moral Iran pada 16 September 2022 setelah ditahan karena "pakaian yang tidak pantas". Pihak berwenang Iran telah melancarkan tindakan keras mematikan untuk memadamkan kerusuhan.
Kantor berita aktivis HRANA mengatakan pada Sabtu, bahwa 283 pengunjuk rasa telah tewas dalam kerusuhan, termasuk 44 anak di bawah umur. Sekitar 34 anggota pasukan keamanan juga tewas.
Reuters