TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan kalau senjata-senjata yang dikirim dari negara – negara Barat untuk Ukraina masuk ke pasar gelap. Putin mengklaim ada kelompok-kelompok kriminal di perbatasan yang secara aktif terlibat dalam penyelundupan sejumlah senjata ke wilayah lain dan yang diselundupkan bukan senjata ukuran kecil.
“Ada risiko yang berkelanjutan, di mana para pelaku criminal itu terus – menerus mendapatkan senjata yang berteknologi tinggi, seperti sistem pertahanan udara portable dan senjata tepat sasaran,” kata Presiden Putin, dalam rapat bersama anggota Commonwealth of Independent States (CIS), Rabu, 26 Oktober 2022.
Militer Ukraina menggunakan metal detector saat memeriksa ratusan pemakaman massal untuk warga sipil tak dikenal dan tentara Ukraina di kota Izium, baru-baru ini dibebaskan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina selama operasi serangan balasan, di wilayah Kharkiv, Ukraina 15 September 2022. REUTERS/Oleksandr Khomenko
Ucapan Putin itu tercetus setelah anggota tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia pada bulan lalu memperingatkan kalau korupsi ditingkat pejabat Ukraina telah membuat adanya sejumlah saluran pengiriman senjata dari negara-negara Barat ke pasar gelap yang bisa ditembus oleh berbagai pihak di dunia.
Sejumlah pejabat tinggi militer dari negara-negara Barat juga mengakui bahwa sulit sekali bahkan nyaris mustahil melacak secara efektif ke mana senjata-senjata senilai biliaran dollar yang dikirim ke Ukraina akhirnya berakhir ke mana. Inspektur Jenderal Pentago Sean O’Donnell dalam sebuah wawancara media pada Agustus 2022 lalu mengatakan sulit melacak keberadaan senjata – senjata yang dikirimkan karena Ukraina masih menggunakan kertas sebagai bukti tanda terima (bukan teknologi pencatatan) dalam melacak suplai senjata-senjata ke sana.
CBS News mewartakan sekitar 70 persen senjata yang disuplai ke Ukraina tidak pernah sampai ke tentara di garda depan. Sebab senjata-senjata itu harus melalui sejumlah pos pemeriksaan mulai dari orang yang memegang kekuasaan, para oligraki dan politikus.
Baca juga:Rusia Ancam Tembak Satelit Barat, Jika Ikut Campur dalam Perang Ukraina
“Hampir tidak ada informasi kemana semua senjata-senjata itu pergi akhirnya. Ini sungguh mengkhawatirkan bagi negara-negara pensuplai senjata-senjata tersebut bahwa tidak adanya mekanisme untuk mengawasi senjata-senjata tersebut,” kata Donatella Rovera, penasehat senior dari Amnesty international.
Ukraina adalah negara bekas pecahan Uni Soviet, yang ingin menjadi negara anggota NATO dan Uni Eropa. Tindakan Ukraina itu, dipandang Moskow bisa mengancam keamanan dan pengaruh Rusia.
Sumber: RT.com
Baca juga: Mulai Kehabisan Senjata, Rusia Genjot Produksi Senjata untuk Perang Ukraina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.