TEMPO.CO, Jakarta - Penduduk Inggris menimbun selimut listrik, lilin, dan kompor hemat energi akibat lonjakan harga gas. Rekor inflasi harga pangan di negara tersebut juga memaksa jutaan orang bersiap menghadapi musim dingin yang sulit di depan.
Baca: Ahli Spionase Inggris: Teknologi China Ancaman Kita Bersama
Riset pasar yang dirilis pada Selasa, 11 Oktober 2022, menunjukkan inflasi bahan makanan di Inggris mencapai rekor baru 13,9 persen pada September. Ini menandakan krisis biaya hidup yang makin dalam. Sementara data BRC-KPMG menunjukkan langkah orang-orang yang berinvestasi pada komoditas membantu mereka menghemat uang.
Prospek konsumen yang memburuk datang karena Bank of England terpaksa melakukan intervensi lagi di pasar obligasi pemerintah untuk menjaga stabilitas keuangan. Di samping itu pasar tenaga kerja menyusut, yang berpotensi menambah tekanan inflasi.
Badai ekonomi yang sedang terjadi dapat berpotensi mengakibatkan konsumen mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, mengancam kelangsungan bisnis perhotelan dan rekreasi sekali lagi, saat mereka berjuang untuk pulih dari pandemi.
"Ini kemungkinan akan tetap menjadi waktu yang menantang bagi banyak sektor lain karena konsumen fokus pada pengeluaran penting, dan bisnis terus menavigasi hambatan inflasi," kataDirektur Barclaycard Esme Harwood.
Inflasi mulai meningkat di Inggris pada pertengahan 2021 akibat penyumbatan rantai pasokan dan perubahan aturan perdagangan pasca-Brexit, diikuti oleh kenaikan harga energi. Inflasi di Inggris mencapai 9,9 persen pada Agustus, turun dari Juli yang mencapai 10,1 persen, angka tertinggi sejak 40 tahun lalu. BoE mengharapkan untuk mencapai puncaknya hanya di bawah 11 persen pada bulan Oktober.
Pemerintah Inggris sudah berkomitmen menggelontorkan sekitar 60 miliar pound atau sekitar Rp 1 kuadriliun untuk mensubsidi tagihan energi bagi rumah tangga dan sektor bisnis selama enam bulan ke depan. Rata-rata warga Inggris masih membayar dua kali lipat setiap bulan untuk pemanas dan penerangan dibandingkan tahun lalu.
Sembilan dari 10 orang yang disurvei oleh Barclaycard di Inggris dari 23-26 September mengatakan mereka khawatir dengan tagihan energi rumah tangga.
Kantar mengatakan penjualan peralatan memasak termasuk slow cooker, air fryer dan pembuat sandwich, yang umumnya menggunakan lebih sedikit energi, naik 53 persen dalam empat minggu hingga 4 September tahun-ke-tahun.
Permintaan selimut dan selimut listrik 8 persen lebih tinggi di bulan itu, dengan penjualan lilin naik 9 persen, sesuai dengan tren yang diidentifikasi oleh jaringan department store John Lewis, Menurutnya, orang Inggris membeli lebih banyak pakaian dalam termal, sarung tangan, dan gaun ganti agar tetap hangat di rumah tanpa menyalakan termostat karena mahalnya harga gas.
Baca juga: Pendukung Julian Assange Unjuk Rasa di Depan Parlemen Inggris
REUTERS