TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan telah mengerahkan tentara bersama pasukan Rusia ke dekat perbatasan dengan Ukraina. Dia mengatakan pengerahan pasukan karena adanya ancaman nyata bagi Belarus dari Ukraina dan negara-negara Barat yang merupakan sekutu Kyiv.
Baca: Presiden UEA Terbang ke Moskow Temui Putin, Bahas Minyak hingga Perang Ukraina
Pernyataan Lukashenko ini menunjukkan eskalasi lebih lanjut perang Rusia Ukraina. "Serangan di wilayah Belarus tidak hanya dibahas di Ukraina hari ini, tetapi juga sedang direncanakan," kata Lukashenko pada pertemuan keamanan. Ia tak memberi bukti atas pernyataannya itu. "Serangan itu mendorong dimulainya perang melawan Belarus dan menyeret kami ke sana."
"Kami telah mempersiapkan ini selama beberapa dekade. Jika perlu, kami akan merespons," kata Lukashenko. Ia menambahkan dia telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang situasi tersebut dalam sebuah pertemuan di St Petersburg.
Lukashenko mengatakan dia telah setuju dengan Putin untuk mengerahkan kelompok militer regional pada dua hari lalu. Pernyataan itu diungkapkan setelah serangan di jalan dan jembatan rel Rusia ke Krimea pada Sabtu pagi.
Lukashenko mengatakan bahwa peringatan disampaikan ke Belarus melalui saluran tidak resmi. "Jawaban saya sederhana. Beri tahu presiden Ukraina dan orang gila lainnya, jika mereka menyentuh satu meter wilayah kami, maka Jembatan Krimea akan tampak seperti berjalan-jalan di taman," ujarnya.
Tentara Belarus berjumlah sekitar 60.000 orang. Awal tahun ini, Belarusia mengerahkan 6 kelompok batalyon-taktis, dengan total beberapa ribu orang, ke daerah perbatasan. Pada hari Minggu, kepala penjaga perbatasan Belarus menuduh Ukraina melakukan provokasi di perbatasan.
Pasukan Rusia menggunakan Belarus sebagai pos pada invasi 24 Februari ke Ukraina. Pengiriman pasukan dan peralatan ke Ukraina utara dilakukan dari pangkalan di Belarus.
Baca: Erdogan: Musim Dingin di Eropa Bakal Lebih Sulit
REUTERS | AL JAZEERA