TEMPO.CO, Jakarta -Hujan lebat pada Sabtu malam, 8 Oktober 2022, menyebabkan banjir dan tanah longsor di kota Tejerias, 67 kilometer barat daya Caracas, Venezuela.
Seperti dilansir Reuters Senin 10 Oktober 2022, Wakil Kepala bidang Keamanan Warga Venezuela Remigio Ceballos dalam pidato pada Ahad malam, 9 Oktober 2022, mengkonfirmasi sedikitnya 25 orang tewas dan 52 hilang setelah lima sungai kecil di Venezuela meluapkan banjir.
Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez menyatakan pada Sabtu, 8 Oktober 2022, bahwa hujan lebat di negaranya merusak bisnis dan lahan pertanian.
Dia mengatakan bahwa curah hujan selama sebulan dalam kurun waktu delapan jam. Hal ini juga menyebabkan pompa yang digunakan untuk memberi daya pada sistem air minum masyarakat terbawa arus banjir.
Rodriguez menyebut, prioritasnya adalah menemukan orang-orang yang masih terperangkap di bawah lumpur dan batu di seluruh kota. Sementara personel militer dan penyelamat juga mencari korban selamat di tepi sungai.
"Kami kehilangan anak laki-laki, perempuan. Apa yang terjadi di kota Tejerias adalah sebuah tragedi," kata wakil presiden dari jalan yang banjir di Tejerias, seperti dilansir Reuters.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro dalam sebuah tweet menyatakan, ia telah menetapkan daerah itu sebagai zona bencana. Dia lebih lanjut menetapkan tiga hari berkabung.
Menurut saksi mata jalan-jalan Tejerias dipenuhi lumpur, batu-batu besar, dan ranting-ranting pohon yang kusut setelah bencana banjir terjadi. Adapun kota itu berpenduduk sekitar 73.000 jiwa.
Armando Escalona, seorang sopir taksi berusia 43 tahun, mengatakan bahwa dia sedang menghadiri kebaktian gereja bersama keluarganya ketika air banjir mengejutkan mereka.
Dia mengaku ingat betul saat memeluk keluarganya untuk sementara waktu sampai sebuah benda tak dikenal mengenai kepalanya dan dia kehilangan kesadaran. Ketika dia bangun, dia tidak dapat menemukan keluarganya.
"Saya kehilangan istri dan putra saya yang berusia 5 tahun. Saya bahkan tidak bisa berbicara. Kami sedang berada di kebaktian dan semuanya terjadi begitu cepat," kata Escalona.
Gustavo Arevalo, seorang pedagang berusia 58 tahun yang juga menjadi sukarelawan untuk korps pertahanan sipil, mengatakan bahwa air mulai naik dengan cepat pada Sabtu sekitar pukul 6 sore waktu setempat. Luapan air disebut membuat menara telepon kota jatuh.
"Seolah-olah air bendungan telah dilepaskan," kata Arevalo, berdiri di pusat kota, salah satu lingkungan yang paling parah terkena dampak. Setelah air banjir surut, dia mencoba membantu orang lain memulihkan apa yang tersisa dari bisnis mereka.
Foto udara dari daerah yang terkena tanah longsor, menyusul banjir akibat hujan lebat, di Las Tejerias, negara bagian Aragua, Venezuela, 9 Oktober 2022. REUTERS/Leonardo Fernandez Viloria
Menurut Tim SAR setempat, salah satu sungai yang banjir, El Pato, menyapu beberapa rumah, toko dan rumah pemotongan hewan.
Carlos Perez, wakil menteri untuk sistem perlindungan sipil negara itu, mengatakan dalam sebuah tweet pada Ahad bahwa seribu penyelamat sedang mencari korban di daerah itu.
Rodriguez mengatakan, hujan juga menyebabkan tanah longsor di tiga negara bagian tengah lainnya pada Minggu pagi, tetapi tidak ada korban jiwa.
Kematian tersebut menjadikan jumlah korban tewas dalam beberapa pekan terakhir menjadi sedikitnya 40 orang karena hujan lebat yang disebabkan oleh pola cuaca La Nina. Venezuela telah menghadapi banjir dan tanah longsor.
Baca juga: Sebanyak 25 Orang Tewas Akibat Banjir Disertai Longsor di Venezuela
REUTERS