TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang Covid-19 baru sedang terjadi di Eropa ketika cuaca dingin tiba. Data WHO yang dirilis Rabu malam, 5 Oktober 2022, menunjukkan bahwa kasus di Uni Eropa mencapai 1,5 juta minggu lalu, naik 8% dari minggu sebelumnya, meskipun secara global, jumlah kasus terus menurun.
Menurut World Health Organisation (WHO), Subvarian Omicron BA.4/5 yang mendominasi pada musim panas ini masih menginfeksi beberapa orang, namun subvarian Omicron yang lebih baru mulai berkembang. Ratusan bentuk baru Omicron sedang dilacak oleh para ilmuwan.
Jumlah rawat inap di banyak negara blok-27, termasuk Inggris, telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Pada 4 Oktober 2022, pasien Covid-19 melonjak hampir 32% di Italia, sementara penerimaan perawatan intensif naik sekitar 21%, dibandingkan dengan minggu sebelumnya, menurut data yang dikumpulkan oleh yayasan ilmiah independen Gimbe.
Pada minggu yang sama, rawat inap Covid di Inggris mengalami peningkatan 45% dibandingkan minggu sebelumnya.
Vaksin yang diadaptasi Omicron telah diluncurkan di Eropa pada bulan September, dengan dua jenis suntikan yang ditujukan pada BA.1 serta subvarian BA.4/5 yang tersedia bersama dengan vaksin generasi pertama. Di Inggris, hanya suntikan yang disesuaikan dengan BA.1 yang diberi lampu hijau.
Pejabat Eropa dan Inggris telah mendukung booster terbaru hanya untuk kelompok orang tertentu, termasuk orang tua dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Masalah rumit yang lain adalah "pilihan" vaksin sebagai booster, yang kemungkinan akan menambah kebingungan, kata pakar kesehatan masyarakat.
Hal ini juga menjadi masalah karena keinginan untuk mendapatkan suntikan booster keempat atau kelima bagi sebagian orang, semakin menipis.
"Bagi mereka yang mungkin kurang peduli dengan risiko mereka, yakin merasa Covid sudah berakhir, ditambah dengan kurangnya kampanye publisitas, besar kemungkinan akan mengurangi minat vaksinasi," kata Martin McKee, profesor kesehatan masyarakat Eropa di London School of Hygiene dan Kedokteran Tropis.
"Jadi saya khawatir minat masyarakat akan sedikit lebih rendah."
"Ditambah lagi populasi yang cukup tinggi mungkin juga menambah peristiwa Covid dalam beberapa bulan terakhir," kata Penny Ward, profesor tamu dalam kedokteran farmasi di King's College London.
Beberapa orang mungkin secara keliru merasa bahwa setelah jatuh sakit karena COVID berarti mereka akan tetap kebal, tambahnya.
Menurut data dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), sejak 5 September peluncuran vaksin baru dimulai di Uni Eropa, sekitar 40 juta dosis vaksin yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna telah dikirimkan ke negara-negara anggota.
Namun, dosis vaksin mingguan yang diberikan di Uni Eropa hanya antara 1-1,4 juta selama September, dibandingkan dengan 6-10 juta per minggu selama periode tahun sebelumnya.
Tantangan terbesar sejauh ini yang harus diambil adalah persepsi bahwa pandemi telah berakhir, menciptakan rasa aman yang salah.
“Pasti ada rasa puas diri dalam kehidupan yang tampaknya telah kembali normal, setidaknya sehubungan dengan Covid, dan orang-orang sekarang memiliki kekhawatiran terkait keuangan dan juga peperangan,” kata Adam Finn, ketua ETAGE, sebuah kelompok ahli yang memberi nasihat kepada WHO tentang penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin di Eropa.
Yayasan sains Gimbe Italia mengatakan, pemerintah, yang akan segera diganti setelah pemilu, tidak siap menghadapi musim gugur-musim dingin, dan menyoroti bahwa publikasi tentang manajemen pandemi oleh pemerintah telah diblokir.
Kementerian kesehatan menolak berkomentar terkait hal ini.
Sementara itu, para pejabat Inggris pekan lalu memperingatkan bahwa peredaran flu yang baru dan kebangkitan Covid-19 dapat menambah tekanan pada Layanan Kesehatan Nasional (NHS) yang sudah meregang.
REUTERS (NESA AQILA)