TEMPO.CO, Jakarta - Invasi Rusia ke Ukraina akan menjadi fokus para pemimpin dunia ketika berkumpul dalam Sidang Umum PBB di New York pekan ini. Pertemuan itu diproyeksikan tidak akan menghasilkan kemajuan apa pun untuk mengakhiri konflik.
"Akan naif untuk berpikir bahwa kita hampir mencapai kemungkinan kesepakatan damai. Peluang kesepakatan damai sangat minim, pada saat ini," kata Sekjen PBB Antonio Guterres menjelang pertemuan tingkat tinggi Sidang Umum PBB, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 19 September 2022.
High Level Week (HLW) Sidang Umum PBB diadakan pada 20-26 September 2022. Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
Anggota militer Ukraina memeriksa tank Rusia yang hancur selama operasi serangan balik di wilayah Kharkiv, Ukraina 14 September 2022. Militer Rusia berhasil dipukul mundur saat Ukraina melakukan serangan balik di wilayah Kharkiv. Press Service of the 30th Independent Mechanized Brigade of the Ukrainian Armed Forces/Handout via REUTERS
Perpecahan geopolitik yang diperkeras oleh perang, kemungkinan akan terlihat sepenuhnya ketika Amerika Serikat dan sekutu Barat bersaing dengan Rusia untuk mendapatkan pengaruh diplomatik di Sidang Umum. Invasi Rusia ke Ukraina sudah berlangsung selama 7 bulan.
Guterres menyatakan keretakan geopolitik yang sekarang adalah yang paling besar sejak Perang Dingin. Dia memperingatkan ketegangan ini melumpuhkan respons global terhadap tantangan dramatis seperti perang, iklim, kemiskinan, kelaparan, dan ketidaksetaraan.
Isu krisis pangan dunia juga ditengarai bakal banyak dibahas di forum itu. Rusia dan Ukraina adalah pengekspor utama gandum dan pupuk. PBB menyalahkan perang karena memperburuk krisis pangan yang telah dipicu oleh perubahan iklim dan pandemi Covid-19.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menyatakan Ukraina memang akan menjadi fokus Washington di Sidang Umum PBB kali ini. Namun ia mengingatkan, isu itu bukanlah satu-satunya.
Selama dua tahun terakhir para pemimpin dunia diizinkan untuk mengirimkan pernyataan video karena pembatasan pandemi, tetapi tahun ini mereka harus melakukan perjalanan ke New York untuk berbicara di ruang Sidang Umum PBB.
Sama seperti Presiden RI Joko Widodo, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin China Xi Jinping memilih mengirim Menteri Luar Negeri mereka. Dalam dua tahun ke belakang saat pandemi Covid-19, Jokowi mengirimkan video pra-rekam yang ditayangkan saat puncak acara. Sebelumnya dia tidak pernah hadir secara tatap muka.
Mitra strategis Rusia, China, telah bersikap tegas dengan mengkritik sanksi Barat terhadap Moskow, walau berhenti mendukung atau membantu dalam kampanye militer. Dalam pengakuan yang mengejutkan, Putin pada Kamis lalu menyebut Xi memiliki kekhawatiran tentang Ukraina.
Majelis Umum sebelumnya telah setuju untuk mengizinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengirim pernyataan video. Keputusan itu diambil dengan 101 suara mendukung, 7 menentang, dan 19 abstain.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba diperkirakan akan hadir. Dia akan menghadiri pertemuan tingkat menteri Dewan Keamanan PBB pada Kamis, 22 September 2022, mengenai isu Ukraina. Turut hadir dalam pertemuan itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi.
Presiden Amerika Serikat biasanya adalah pemimpin kedua yang berpidato di Majelis Umum, tetapi Joe Biden tahun ini akan berbicara pada Rabu, 21 September 2022. Penampilannya tertunda karena dia terbang dulu ke London untuk menghadiri pemakaman Ratu Elizabeth II pada Senin, 19 September 2022.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan sejauh ini Lavrov telah menerima permintaan sekitar 20 pertemuan dengan para pemimpin lainnya. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia akan mengadvokasi penguatan peran koordinasi pusat PBB dalam urusan dunia dan ketaatan yang ketat terhadap Piagamnya, termasuk prinsip-prinsip kesetaraan kedaulatan negara dan non-intervensi dalam urusan internal mereka.
Di samping isu Ukraina yang akan mendominasi acara PBB selama seminggu, krisis iklim diproyeksikan juga akan menarik perhatian. Akan tetapi banyak krisis global lainnya yang kemungkinan akan mengambil posisi belakang, seperti hilangnya hak-hak perempuan Afghanistan sejak Taliban berkuasa 13 bulan lalu.
REUTERS
Baca juga: Absen di Sidang Umum PBB, Jokowi Kehilangan Momentum Internasional?
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.