Vakdin tradisional mengandalkan suntikan bentuk virus yang lemah atau mati untuk memungkinkan sistem kekebalan mengenalinya dan membangun antibodi.
Sebaliknya, vaksin mRNA memberikan instruksi ke sel untuk membangun lonjakan bagian protein yang tidak berbahaya yang ditemukan di permukaan virus yang menyebabkan COVID-19. Setelah membuat lonjakan protein ini, sel dapat mengenali dan melawan virus asli. Terobosan ini dipuji sebagai kemajuan besar dalam pengembangan vaksin.
BioNTech yang berbasis di Jerman juga telah bekerja di bidang ini ketika bermitra dengan raksasa farmasi AS Pfizer.
Moderna mengatakan telah mulai membangun teknologi pada 2010 dan mematenkan virus corona pada 2015 dan 2016, yang memungkinkan peluncuran bidikannya dalam "waktu singkat" setelah pandemi melanda.
Moderna mengatakan pihaknya berjanji pada Oktober 2020 untuk tidak menegakkan paten terkait COVID-19 sementara pandemi berlanjut, tetapi kurang dari dua tahun kemudian mengubah sikap itu.
Pandemi COVID-19 telah menewaskan setidaknya 6,48 juta orang di seluruh dunia sejak 2020 dan membuat hampir 600 juta orang sakit, menurut pelacak Universitas Johns Hopkins.
Baca juga: Menkes Siapkan Vaksinasi Covid-19 untuk Anak di Bawah Usia 6 Tahun
AL JAZEERA