TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjanji merebut kembali Krimea yang dicaplok Rusia. Ia mengklaim perebutan kembali Krimea itu akan membantu membangun kembali hukum dan ketertiban dunia.
Dalam konferensi tingkat tinggi Krimea pada Selasa, 23 Agustus 2022, Zelensky menyatakan restorasi wilayah yang dianeksasi pada 2014 itu akan menjadi langkah anti-perang terbesar.
Ia menambahkan, sebagian besar komunitas internasional juga masih mengakui Krimea sebagai bagian dari Ukraina.
“Semuanya dimulai dengan Krimea, dan akan berakhir dengan Krimea,” kata Zelensky dalam pidato pembukaan Platform Krimea, seperti dilansir The Independent.
“Dan ini benar, dan saya percaya 100 persen, bahwa untuk mengatasi teror – untuk mengembalikan jaminan dan keamanan ke wilayah kami, ke Eropa, ke seluruh dunia – perlu untuk mendapatkan kemenangan dalam perang melawan agresi Rusia, ” kata pemimpin Ukraina itu.
Platform Krimea adalah sebuah forum yang berupaya memulihkan integritas teritorial Ukraina dan mengakhiri aneksasi Rusia atas semenanjung itu. Zelensky mengatakan perwakilan dari sekitar 60 negara dan organisasi internasional ambil bagian dalam KTT itu, termasuk sekitar 40 presiden dan perdana menteri.
Hampir semua pemimpin negara berpartisipasi secara online, tetapi presiden Polandia Andrzej Duda hadir secara langsung selama kunjungan ke Kyiv. Dalam forum itu, Duda berjanji bahwa Polandia akan mendukung Ukraina sampai hari terakhir pertarungan melawan Rusia.
"Krimea adalah dan akan menjadi bagian dari Ukraina, sama seperti Gdansk dan Lublin adalah bagian dari Polandia," katanya.
Perdana Menteri Inggris yang akan keluar, Boris Johnson, menggemakan pernyataan Duda, dengan menyatakan negaranya tidak akan pernah mengakui aneksasi Rusia atas Krimea atau wilayah Ukraina lainnya.
Johnson juga meminta Barat untuk terus membantu Kyiv dalam menghadapi serangan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mendesak rekan-rekannya, memberikan dukungan militer, kemanusiaan, ekonomi dan diplomatik kepada Ukraina sampai Rusia mengakhiri perang.
Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan Krimea, yang merupakan rumah bagi armada Laut Hitamnya. Sejak awal invasi yang dimulai pada 24 Februari 2022, mereka telah menggunakan semenanjung sebagai tempat untuk meluncurkan serangan rudal terhadap sasaran Ukraina.
Pasukan Rusia memasuki Semenanjung Krimea pada Februari 2014. Presiden Vladimir Putin secara resmi membagi wilayah itu menjadi dua subjek federal terpisah dari Federasi Rusia pada bulan berikutnya, yaitu Republik Federal Krimea dan Kota Federal Sevastopol.
Turki, Amerika Serikat, serta Majelis Umum PBB memandang pencaplokan Krimea dari Ukraina itu sebagai tindakan ilegal. Rusia juga dijatuhi sanksi ekonomi. Moskow menganggap pihaknya mereintegrasi Krimea, bukan menganeksasi.
Baca juga: Ukraina Undang Presiden Jokowi ke KTT Krimea
THE INDEPENDENT | CRIMEA PLATFORM SITE