TEMPO.CO, Jakarta - Tiga orang tewas dalam penembakan di sebuah acara wisuda universitas di ibu kota Filipina pada Minggu, 24 Juli 2022. Korban termasuk seorang mantan walikota dari wilayah selatan.
Kepala polisi Kota Quezon, Remus Medina, memperkirakan, penembakan itu merupakan pembunuhan berencana terhadap mantan walikota kota Lamitan selatan, Rose Furigay. Quezon adalah bagian dari wilayah ibu kota Manila, yang dihuni lebih dari 13 juta orang.
"Dia terlihat seperti seorang pembunuh yang gigih," kata Medina seperti dikutip dari Reuters. Ia menambahkan, pelaku membawa dua pistol.
Furigay ditembak saat menghadiri wisuda putrinya di sekolah hukum Universitas Ateneo de Manila, salah satu universitas paling bergengsi di negara itu.
Tersangka terluka dalam baku tembak dengan petugas keamanan kampus dan ditangkap setelah mencoba kabur dengan mobil.
Menurut keterangan polisi, pelaku tidak memiliki sanak saudara saat wisuda. Dia merupakan penduduk asli kota Lamitan di provinsi Basilan, lokasi kubu Abu Sayyaf, kelompok ekstremis pro-Negara Islam yang dikenal karena bandit dan penculikannya.
Kantor Polisi Wilayah Ibu Kota Nasional (NCRPO) mengidentifikasi tersangka penembak bernama Dr. Chao-Tiao Yumol. Dia berusia 38 tahun. Dia diduga membenci Furigay karena mengizinkan obat-obatan terlarang.
"PNP (Polisi Nasional Filipina) segera menangani tempat kejadian dan pria bersenjata itu segera ditangkap. Penyelidikan sedang berlangsung dan tuduhan yang sesuai akan diajukan terhadap tersangka," kata polisi seperti dikutip Philippine News Agency
Dua orang lainnya yang tewas adalah seorang petugas keamanan kampus dan seorang pria. Setelah penembakan itu, Ateneo membatalkan upacara kelulusan.
Di Filipina, insiden penembakan terjadi secara sporadis. Pemilik senjata harus memiliki izin untuk membawa senjata di tempat umum. Petugas keamanan swasta di Filipina membawa pistol atau senapan. Senjata api cukup lumrah di pusat perbelanjaan, kantor, bank, restoran, dan bahkan sekolah.
"Kami berkomitmen kepada lembaga penegak hukum kami untuk menyelidiki pembunuhan ini secara menyeluruh dan cepat dan membawa semua yang terlibat ke pengadilan," kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dalam sebuah pernyataan.
REUTERS, PHILIPPINE NEWS AGENCY