TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta Rusia bertanggung jawab atas krisis ekonomi di Sri Lanka. Ia menuduh invasi Rusia ke Ukraina memperburuk krisis pangan global dan memicu inflasi. “Salah satu taktik utama yang digunakan Rusia dalam invasi mereka ke Ukraina adalah menciptakan kejutan ekonomi,” ujarnya.
"Kenaikan harga makanan dan bahan bakar yang mengejutkan menyebabkan ledakan sosial. Tidak ada yang tahu sekarang bagaimana itu akan berakhir," kata Zelensky seperti dikutip pada Konferensi Kepemimpinan Asia di ibukota Korea Selatan, Seoul, pada Rabu, 13 Juli 2022.
Delegasi Rusia dan Ukraina pada Rabu membuat kemajuan substantif dalam pertemuan di Istanbul, Turki. Pertemuan itu melibatkan pejabat PBB. Disepakati bahwa ekspor gandum dari pelabuhan Laut Hitam akan dilanjutkan.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), 20 juta ton biji-bijian untuk pasar global, masih tertahan di pelabuhan Odessa Ukraina. Ukraina biasa mengirimkan lebih dari 50 persen ekspornya dari pelabuhan Laut Hitam terbesarnya di Odessa. Namun sejak perang dimulai, blokade oleh armada Laut Hitam Rusia telah mencegah ekspor dan impor.
Dengan konflik di Ukraina yang memasuki bulan kelima, harga pangan dunia pun melonjak. Pengiriman biji-bijian dan pupuk menjadi hal penting.
Ketika harga pangan melonjak secara internasional, para ahli percaya bahwa krisis ekonomi Sri Lanka digerakkan oleh salah urus, nepotisme, dan kurangnya akuntabilitas pemerintah yang tidak terkendali selama beberapa dekade. Karena pemerintah kehabisan cadangan devisa, Sri Lanka tidak dapat mengimpor gas untuk memasak dan bahan bakar lainnya juga makanan dan obat-obatan. Akibatnya Sri Lanka dilanda krisis ekonomi parah.
Sebelum pernyataan Zelensky, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Minggu bahwa pembatasan ekspor gandum Ukraina oleh Rusia telah berkontribusi pada gejolak ekonomi di Sri Lanka. Dikhawatirkan ini akan memicu krisis lainnya. "Kami melihat dampak agresi Rusia ini terjadi di mana-mana. Ini mungkin berkontribusi pada situasi di Sri Lanka, kami khawatir tentang implikasinya di seluruh dunia," kata Blinken kepada wartawan di Bangkok.
Baca: Dilaporkan Batal ke Singapura, Gotabaya Rajapaksa Lari ke Arab Saudi?
HINDUSTAN TIMES | NDTV