TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dicecar Amerika Serikat dalam forum para Menteri Luar Negeri anggota G20 atau FMM G20 Bali pada 8 Juli 2022 di Bali. Inti persoalan mulai kekacauan pasokan pangan hingga ketersediaan energi.
"Kapan mereka sama sekali untuk tidak mengundangnya (Lavrov)?" kata pejabat di Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko, saat membagikan cuplikan video Lavrov dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi di acara Foreign Ministers' Meeting (FMM G20 Bali).
Suasana pertemuan para Menteri Luar Negeri anggota G20 (FMM G20 Bali) di Bali pada 8 Juli 2022. Sumber: ANTARA/Sigid Kurniawan
Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan adanya pergesekan di forum G20. Negara-negara Barat sudah mengusulkan pada Indonesia sebagai presidensi G20 tahun ini agar jangan mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin ke KTT Bali pada November 2022, setelah invasi Rusia ke Ukraina. Sebagai gantinya, Indonesia diminta mengundang Ukraina.
Akan tetapi, Indonesia berkomitmen tetap mengundang Rusia meski di tengah ketegangan geopolitik ini. Kementerian Luar Negeri RI berulang kali mengatakan mengundang Rusia ke KTT G20 adalah bagian dari prosedur.
"Rusia adalah anggota G20," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat ditanya Tempo bagaimana masa depan partisipasi Negeri Beruang Merah di pertemuan G20, Minggu, 10 Juli 2022.
Rusia tidak akan mundur dari G20 walau tekanan dari Barat sangat kuat. Lavrov dalam pidatonya pada sesi pleno FMM G20, seperti dikutip TASS, menegaskan pihaknya akan terus mempromosikan agenda pemersatu dan Moskow saat ini hanya memberi perhatian untuk kemitraan yang konstruktif mengingat potensi G20 dalam menangani masalah ekonomi sangat besar.
"Rusia akan secara konsisten berkontribusi membangun kerja sama yang tidak didasarkan pada pamer kekuatan, tetapi pada keseimbangan kepentingan yang diperhitungkan, penghormatan terhadap keragaman budaya dan peradaban, dan hak masyarakat untuk menentukan nasib mereka sendiri," kata Lavrov di sela-sela FMM G20 Bali.
Perang di Ukraina sudah berlangsung sejak Februari 2022. Invasi Rusia ke Ukraina itu, menyebabkan Rusia terkena sanksi ekonomi dari negara-negara Barat. Amerika Serikat, Inggris, dan negara Barat lainnya, mendukung Ukraina untuk melawan Rusia dengan mengirim bantuan senjata.
Rusia dituding jadi biang kerok masalah energi, pangan, dan ekonomi setelah Ukraina diserang. Moskow menolak tuduhan negara-negara Barat tersebut.
Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai Indonesia sebagai presidensi G20 sudah tepat membungkus adanya gencatan senjata dengan isu lebih besar, yaitu ancaman krisis pangan yang bisa melanda negara berkembang sehingga tidak dalam posisi mana yang salah atau mana yang benar.
"Seperti yang disampaikan Menlu Retno dalam pertemuan kemarin, multilateralisme yang menjadi solusi bagi permasalahan global. Kalau tidak ada komitmen politik bersama antara negara-negara-negara yang terlibat dalam perang, maka tidak akan mungkin masalah terselesaikan," katanya.
Sementara itu, Direktur Pusat Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia Suzie Sudarman menyebut langkah Indonesia seyogianya disertai diplomasi kuat ke negara-negara lain, seperti India dan Afrika Selatan untuk sesegera mungkin membuat pernyataan agar Rusia menghentikan upaya pencaplokan wilayah Ukraina. Landasannya adalah UUD 1945, yakni ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.
"Hal ini harus mengemuka dalam diplomasi Indonesia kalau sekedar bicara multilateralisme kurang menggigit, karena multilateralisme itu dibangun Amerika Serikat untuk mengabsahkan kekuasaannya sebagai hegemoni," kata Suzie.
Adapun soal fragmentasi di G20 ini, Retno mengakui masalah substansi yang dibahas memang menjumpai banyak tantangan. Tetapi semuanya masih ada di jalur yang tepat.
"Kita akan terus mencoba konsultasi dan komunikasi agar apa yang ingin kita capai selama presidensi G20 ini dapat tercapai," kata Retno.
Baca juga: Retno Marsudi Klarifikasi Walk Out Sergei Lavrov di FMM G20 Bali
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.