TEMPO.CO, Jakarta - George Degiorgio, laki-laki yang dituduh telah meledakkan bom mobil dan menewaskan wartawan paling berpengaruh asal Malta, Daphne Caruana Galizia, untuk pertama kali berbicara kepada media dari balik jeruji besi. Degiorgio mengatakan dia akan segera buka suara bahwa ada keterlibatan orang lain dalam rencana pembunuhan Galizia.
Dalam pengakuannya pada Reuters, Degiorgio mengatakan seandainya saja dia mengantongi lebih banyak informasi soal Galizia, maka dia akan meminta bayaran yang lebih mahal dalam melancarkan aksi peledakan mobil Galizia. Tindak kejahatan itu dilakukan Degiorgio bersama dua orang lainnya pada 2017. Dia dikenai tuduhan pembunuhan.
“Jika saja saya tahu, saya akan meminta 10 juta euro (Rp 154 miliar), bukan 150 ribu euro (Rp2,3 miliar). Bagi saya, ini seperti bisnis biasa. Iya, bisnis biasa. Tentu saja saya merasa menyesal,” kata Degiorgio menyebutkan bayarannya membunuh Galizia.
Petugas forensik memeriksa puing mobil setelah bom berkekuatan besar meledakkan mobil dan membunuh jurnalis investigasi Daphne Caruana Galizia di Bidnija, Malta, 16 Oktober 2017. Daphne merupakan salah satu wartawan yang terlibat dalam investivigasi Panama Papers. REUTERS/Darrin Zammit Lupi
Degiorgio membuat pengakuan setelah pengacaranya melakukan sejumlah upaya sejak 2021 agar kliennya mendapatkan pengampunan karena mau memberikan keterangan atas perannya dalam pembunuhan Galizia. Degiorgio juga kena sejumlah dakwaan kejahatan lain, yang melibatkan beberapa tokoh berpengaruh di Malta.
Sebelumnya pada 22 Juni 2022, Pengadilan Banding di Malta menolak bukti yang diajukan dalam kasus pembunuhan ini, yang melibatkan Degiorgio dan abangnya Alfred. Putusan menyebut persidangan bisa dilanjutkan kembali.
Kasus pembunuhan pada Galizia mengejutkan Eropa. Galizia adalah wartawan investigasi dan blogger. Otoritas Malta mendakwa Degiorgio dan dua orang lainnya, yakni Alfred dan rekannya Vince Muscat, atas pembunuhan terhadap Galizia pada Oktober 2017 atas perintah seorang pengusaha papan atas.
Dalam wawancara dengan Reuters, Degiorgio mengaku sudah menyatakan diri bersalah sebelum persidangan dimulai. Dia meyakinkan akan berbiara dengan hakim, di mana dia mengisyaratkan adanya keterlibatan adanya pihak lain dalam rencana pembunuhan ini sebelum aksi bom mobil dilakukan.
Degiorgio berharap langkahnya ini, bisa membuatnya mendapat pengurangan hukuman untuknya dan saudaranya, Alfred (hukuman awal 15 tahun penjara). Dia juga meyebut, keputusannya ini untuk memastikan mereka tidak masuk bui sendirian.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kanada: China Melarang Diplomat Hadiri Pengadilan Taipan Kanada
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.