TEMPO.CO, Jakarta - Para Menteri Luar Negeri anggota G7 dan pejabat tinggi di Uni Eropa, menuduh Rusia telah memperburuk kerawanan pangan karena kena dampak perang Ukraina. Para diplomat yang mewakili Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Kanada, Italia, Jepang dan Inggris, pada Jumat, 24 Juni 2022 menyangkal kalau sanksi anti-Rusia telah berdampak pada krisis pangan dunia.
“Sanksi G7 itu tidak termasuk hasil pertanian dan pangan dari Rusia masuk ke pasar global,” demikian pernyataan bersama anggota G7 tersebut.
Kondisi bangunan sekolah yang hancur akibat serangan Rusia, di Kharkiv, Ukraina, 2 Juni 2022. Serangan rudal Rusia menghancurkan sebuah sekolah di kawasan permukiman Kharkiv. REUTERS/Ivan Alvarado
G7 menyerukan pada Moskow agar menghentikan segala serangan, berhenti mengancam dan membuka blokade pada pelabuhan – pelabuhan Laut Hitam di Ukraina yang digunakan untuk mengekspor makanan.
G7 juga mendukung upaya PBB untuk membuka kembali rute Laut Hitam bagi pengiriman gandum serta rencana Komisi Eropa untuk EU-Ukraine Solidarity Lanes untuk memindahkan gandum melalui jalur darat, seperti menggunakan kereta api dan tongkang untuk dikirim ke pasar dunia.
Rusia menyangkal tuduhan-tuduhan G7 tersebut dengan mengatakan siap untuk memastikan keamanan jalur bagi kapal-kapal pembawa gandum. Rusia berkeras gangguan rantai suplai akibat perbuatan Kiev sendiri dan penambangan sejumlah pelabuhan, yang ekstensif oleh militer Ukraina.
Kremlin juga berkeyakinan kalau penyebab krisis pangan dunia sebenarnya karena sanksi-sanksi negara – negara Barat, yang bermuatan politik.
Sumber: RT.com
Baca juga: Jerman Bisa Krisis Energi Jika Gas Rusia Dihentikan Total
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.