TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Taliban sedang berjuang untuk menggapai daerah terpencil yang dilanda gempa Afghanistan. Upaya pengiriman bantuan ke wilayah itu menemui banyak rintangan karena ganjalan komunikasi dan akses infrastruktur yang buruk.
Menurut USGS seperti diwartakan Dawn, gempa terjadi pada pukul 1:54 dini hari waktu setempat pada kedalaman 51 kilometer. Guncangan dirasakan lebih dari 500 kilometer, oleh sekitar 119 juta orang di Pakistan, Afghanistan, sampai India.
Pejabat di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Salahuddin Ayubi pada Rabu, 22 Juni 2022, mengatakan, jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat. Musababnya, beberapa desa berada di daerah-daerah terpencil di pegunungan dan membutuhkan waktu untuk mengumpulkan rinciannya. Namun sejauh ini, Muawiyah mengatakan, gempa itu tercatat menewaskan sekitar seribu orang dan melukai 1.500 lainnya.
Ayubi mengatakan, sebagian besar korban tewas dikonfirmasi berada di provinsi timur Paktika, dengan 255 tewas dan lebih dari 200 luka. Di provinsi Khost, ada 25 orang meninggal dan 90 orang dibawa ke rumah sakit.
Tenaga kesehatan dan tim bantuan kemanusiaan mengatakan, sejumlah orang yang tidak diketahui terjebak di bawah puing-puing, di daerah-daerah terpencil. Operasi penyelamatan diperumit oleh kondisi sulit, termasuk hujan lebat, tanah longsor, dan akses sulitnya.
Afghanistan saat ini tengah bergulat dengan krisis ekonomi akibat pengambilalihan rezim Taliban tahun lalu. Banyak negara yang dikenakan sanksi pada sektor perbankan Afghanistan dan miliaran dolar dalam bantuan pembangunan. Namun, bantuan kemanusiaan dari badan-badan internasional seperti PBB akan terus berlanjut. Seorang juru bicara kementerian luar negeri mengatakan Taliban akan menyambut bantuan internasional.
Baca: Gempa Afghanistan Berdampak hingga ke Pakistan, Dua Warga Perbatasan Tewas
REUTERS | AL JAZEERA | DAWN