CAR menganalisis foto-foto persenjataan yang digunakan dalam serangan di Papua dan secara resmi meminta informasi tentang peluru tersebut dari pemerintah Serbia melalui misi negara tersebut di PBB di New York pada 26 November.
Duta Besar Serbia untuk PBB, Nemanja Stevanovic, memberikan tanggapan pada 31 Desember dalam sebuah "note verbale", komunike diplomatik formal. James Bevan, direktur eksekutif CAR, mengatakan informasi dalam komunike itu menjadi dasar laporannya.
CAR menolak untuk membagikan tanggapan Serbia, dengan alasan protokol. Stevanovic, dan Misi PBB Serbia, tidak menanggapi permintaan Reuters untuk membagikan catatan verbal.
Laporan itu mengatakan Serbia mengkonfirmasi Krusic membuat mortir berdaya ledak tinggi M-72, yang dijual ke pemasok senjata Serbia Zenitprom DOO pada Februari 2021 bersama dengan 3.000 inisiator elektronik dan perangkat pengatur waktu. Kelompok itu mengatakan, Amunisi tersebut kemudian diekspor oleh Zenitprom DOO ke PT Pindad untuk BIN.
Di awal proses pengadaan pada 6 Oktober 2020, BIN disebut memberikan sertifikat pengguna akhir kepada otoritas Serbia dengan No. R-540/X/2020, yang menegaskan bahwa mereka akan menjadi pengguna eksklusif barang dalam konsinyasi.
Amunisi itu juga dilaporkan tidak akan ditransfer atau dijual ke pihak lain tanpa izin dari pihak berwenang Serbia. Menurut laporan tersebut, Pemerintah Serbia mengatakan kepada CAR, bahwa tidak ada permintaan untuk mentransfer senjata sebelum serangan di Papua.
Dalam laporannya, CAR mengatakan Serbia mengkonfirmasi nomor lot pada cangkang yang digunakan di Papua sama dengan yang dibeli oleh BIN.
Beberapa rincian laporan yang belum bisa dipastikan, termasuk nomor lot yang cocok dengan mortir, transfer pengiriman amunisi ke BIN atau apakah BIN mematuhi sertifikat pengguna akhir. Siapa yang memodifikasi mortir atau mengapa BIN membeli timer dan penyala juga belum bisa dikonfirmasi.
CAR mengatakan BIN telah memberi pemerintah Serbia "sertifikasi verifikasi pengiriman", meskipun Reuters tidak dapat secara independen mengkonfirmasi bahwa senjata telah tiba di tangan BIN.
Seorang pejabat di bagian pengawasan senjata Kementerian Perdagangan Serbia di Beograd dan kedutaan negara itu di Jakarta, tidak menanggapi permintaan komentar Reuters. Krusik dan Zenitprom DOO tidak menanggapi permintaan komentar.
Dalam beberapa tahun terakhir, Papua menjadi wilayah konflik. Pemberontakan kemerdekaan telah membara di Papua yang kaya sumber daya sejak 1969, ketika pemungutan suara yang diawasi PBB melibatkan hanya sekitar 1.025 orang, menyebabkan Papua menjadi bagian dari Indonesia.
Menurut sebuah pernyataan oleh tiga pelapor khusus PBB pada Maret, situasi keamanan di Papua telah "memburuk secara dramatis" sejak April 2021, ketika separatis membunuh kepala kantor BIN Papua dalam penyergapan. Mereka mengatakan ada "pelanggaran yang mengejutkan" oleh pemerintah antara April dan November tahun lalu. Pemerintah Indonesia menolak pernyataan mereka.
Baca juga: 8 Badan Intelijen di Dunia dari BIN sampai Mossad
SUMBER: REUTERS