TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina merebut kembali sebagian kota industri Sievierodonetsk, fokus serangan Rusia untuk menguasai seluruh wilayah Donbas timur, Jumat, 3 Juni 2022.
Sergiy Gaidai, gubernur provinsi Luhansk, mengatakan kepada televisi nasional pada hari Jumat bahwa pasukan Ukraina telah merebut kembali 20% wilayah mereka yang hilang di Sievierodonetsk.
Menurut dia, kota itu tidak akan jatuh dalam dua minggu ke depan meskipun bala bantuan Rusia dikerahkan.
"Begitu kami memiliki cukup senjata jarak jauh Barat, kami akan mendorong artileri mereka menjauh dari posisi kami. Dan kemudian, percayalah, infanteri Rusia, mereka akan lari," kata Gaidai.
Klaimnya tentang kemajuan Ukraina tidak dapat segera diverifikasi. Namun menurut Reuters yang mencapai Sievierodonetsk pada hari Kamis, bahwa Ukraina masih menguasai sebagian kota.
Militer Ukraina mengatakan pada hari Sabtu bahwa Rusia telah memperkuat pasukannya dan menggunakan artileri untuk melakukan "operasi penyerangan" di kota itu. Tetapi dikatakan bahwa pasukan Rusia telah mundur setelah upaya yang gagal untuk maju di kota terdekat Bakhmut dan memutus akses ke Sievierodonetsk.
Gaidai mengatakan dalam sebuah posting media sosial bahwa empat orang tewas dalam serangan Rusia di wilayah itu pada hari Jumat, termasuk seorang ibu dan seorang anak.
Di wilayah Odesa selatan Ukraina pada Sabtu pagi, sebuah rudal menghantam unit penyimpanan pertanian, melukai dua orang, juru bicara pemerintah daerah menulis di Telegram.
Dua orang tewas dan sedikitnya dua terluka dalam penembakan Rusia terhadap infrastruktur sipil di wilayah timur laut Kharkiv pada hari Jumat, Interfax Ukraina melaporkan, mengutip layanan darurat.
Perang di Ukraina menandai hari ke-100 pada hari Jumat. Puluhan ribu orang tewas, jutaan orang tercerabut dari rumah mereka dan ekonomi global terganggu sejak pasukan Moskow diusir dari Kyiv pada minggu-minggu pertama konflik.
Putin Ogah Disalahkan
Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat membantah bahwa Moskow mencegah pelabuhan Ukraina mengekspor biji-bijian, menyalahkan kenaikan harga pangan global di Barat.