TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Israel segera menyelesaikan penyelidikan atas kematian seorang jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh. Ia terbunuh pekan lalu dalam serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Wartawan veteran Al Jazeera Shireen Abu Akleh ditembak mati pada hari Rabu. Kematiannya dan kekerasan polisi Israel terhadap pelayat di pemakaman dua hari kemudian, telah memicu kemarahan Palestina dan internasional.
"Presiden Macron mengatakan bahwa dia tergerak oleh kematian Shireen Abu Akleh. Macron menegaskan kembali posisi Prancis bahwa diperlukan kesimpulan cepat dari penyelidikan," kata kantor presiden Prancis setelah panggilan telepon antara Macron dan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.
Israel dan Palestina sedang melakukan penyelidikan terpisah atas kematian Shireen Abu Akleh. Kedua kubu berselisih atas penembakan fatal tersebut.
Palestina menuduh Israel membunuhnya dan menyerukan tanggapan internasional. Sebaliknya Israel telah membantah menargetkan Abu Akleh. Israel menyebut perempuan ini kemungkinan ditembak secara tidak sengaja oleh seorang tentara atau oleh seorang pria bersenjata Palestina saat baku tembak.
Kantor Presiden Prancis mengatakan bahwa Macron telah menyatakan keprihatinan tentang keputusan Israel baru-baru ini untuk terus membangun perumahan di Tepi Barat. Sebagian besar negara menganggap permukiman tersebut ilegal menurut hukum internasional, namun hal itu dibantah oleh Israel.
Kantor PM Israel tidak menyebutkan soal penyelidikan Shireen Abu Akleh atau pemukiman di Tepi Barat. Prancis juga mengatakan Macron dan Bennett berupaya untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina. Kedua pemimpin sejauh ini telah terlibat dalam upaya diplomatik yang bertujuan membawa perdamaian di Ukraina.
Baca: Polisi Israel Serang Prosesi Pemakaman Shireen Abu Akleh, Peti Mati Nyaris Jatuh
REUTERS