TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Moskow adalah target perang hibrida total oleh Barat. Rusia akan menjalin kemitraan yang lebih dalam dengan China, India, dan negara-negara Arab akibat dihujani sanksi oleh Barat.
Dalam pidatonya pada hari ke-80 sejak Rusia menginvasi Ukraina, Lavrov menunjuk rentetan sanksi yang dijatuhkan oleh Barat. Ia menggambarkan Rusia sebagai target, bukan pelaku agresi ke Ukraina.
"Barat kolektif telah menyatakan perang hibrida total pada kami dan sulit untuk memprediksi berapa lama semua ini akan berlangsung. Konsekuensinnya jelas akan dirasakan oleh semua orang tanpa kecuali," katanya dilansir dari Reutes, Minggu, 15 Mei 2022.
"Kami tidak asing dengan sanksi, mereka hampir selalu ada dalam satu atau lain bentuk," ujarnya saat berpidato pada Sabtu lalu.
Sanksi lebih lanjut terhadap perusahaan, bank, dan elit politik Rusia telah dijatuhkan akibat invasi ke Ukraina yang menewaskan puluhan ribu orang. Invasi telah mengganggu pasar energi dan memperburuk krisis pangan global dengan menaikkan harga biji-bijian, minyak goreng dan pupuk.
Dalam pidatonya, Lavrov memaparkan strategi yang menjadi harapan Moskow saat mencoba untuk meredam pukulan akibat sanksi terhadap ekonominya. Rusia sedang membangun pasar baru di tempat lain.
Dia mengutip sanksi, yang mencakup penyitaan hampir setengah dari cadangan devisa Rusia senilai US$ 640 miliar, sebagai bukti bahwa tidak ada yang aman dari pengambilalihan dan pembajakan negara. Dia juga mengingatkan perlunya negara-negara mengurangi ketergantungan ekonomi pada Amerika Serikat. dan sekutunya.
"Tidak hanya Rusia tetapi banyak negara lain juga mengurangi ketergantungan pada dolar AS, teknologi barat, dan pasar," katanya.
Dia melanjutkan, upaya Barat untuk mengisolasi Rusia pasti akan gagal. Hubungan Rusia dengan Cina adalah yang terbaik yang pernah ada dan sedang mengembangkan kemitraan strategis yang istimewa dengan India.
Ia juga baru kembali dari perjalanan ke Timur Tengah. Lavrov mengatakan pentingnya hubungan Rusia dengan Mesir, Aljazair dan negara-negara Teluk, serta Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Dalam salah satu contoh poros ekspor yang diinduksi sanksi, Rusia menjual minyak mentah dua kali lebih banyak ke India dalam dua bulan terakhir. Penjualan ke India karena negara-negara Barat memotong pembelian minyak Rusia dan Penyulingan India mengambil kesempatan untuk membelinya dengan harga diskon.
Baca: Perang di Ukraina, Intelijen Amerika dan Kematian 12 Jenderal Rusia
REUTERS