TEMPO.CO, Jakarta - Sri Lanka telah memulai diskusi dengan China tentang pembiayaan kembali utangnya atau renegosiasi. Kolombo sedang berjuang mengatasi krisis keuangan terburuk dalam beberapa dasawarsa terakhir.
Menurut Menteri Media Sri Lanka, Nalaka Godahewa, China telah menyarankan agar Kolombo membiayai kembali utang tersebut. "Sekarang karena IMF bersedia untuk terlibat dengan Sri Lanka, negara-negara lain sadar bahwa kami memiliki dukungan. Kami telah dijanjikan dukungan dari Bank Dunia dan lembaga lainnya," kata Gohahewa dilansir dari Reuters, Selasa, 26 April 2022.
Saat ini diskusi antara Sri Lanka dengan Beijing berada pada tahap awal. Menteri Keuangan Sri Lanka Ali Sabry berada di Washington pekan lalu untuk berbicara dengan IMF, Bank Dunia, India, dan lainnya. Pembicaraan berkisar tentang bantuan pembiayaan untuk negara kepulauan itu, yang telah menangguhkan pembayaran sebagian dari utang luar negerinya sebesar US$ 51 miliar.
Ekonomi Sri Lanka terpukul keras akibat pandemi dan pemotongan pajak oleh pemerintah populis. Cadangan mata uang asing melorot, kekurangan bahan bakar, makanan dan obat-obatan. Krisis ekonomi menyebabkan ribuan orang turun ke jalan dalam protes kekerasan sporadis.
China merupakan negara pemberi pinjaman terbesar ke Sri Lanka dengan nilai US$ 3,5 miliar. Presiden Gotabaya Rajapaksa meminta China membantu merestrukturisasi pembayaran utang ketika dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada Januari.
REUTERS