TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan bahwa Menteri Keuangan Lawrence Wong akan menggantikannya sebagai pemimpin negara kota itu.
Lawrence Wong terpilih sebagai pemimpin Partai Aksi Rakyat (PAP) yang berkuasa, Kamis lalu, 14 April 2022, sehingga membuka jalan baginya untuk menjadi perdana menteri.
"Rencananya Lawrence menggantikan saya sebagai PM, baik sebelum atau sesudah (jika PAP menang) Pemilihan Umum berikutnya. Itu jatuh tempo pada 2025 dan pasti akan menjadi pertarungan yang sulit," kata Lee dalam posting media sosial, Sabtu, 16 April 2022.
Lee, yang ayahnya Lee Kwan Yew adalah pemimpin kemerdekaan negara pulau itu, telah menjadi perdana menteri sejak 2004.
Stabilitas telah lama menjadi salah satu kekuatan utama Singapura yang kaya, menjadikannya surga bagi investor dan bisnis di kawasan Asia.
Wong, 49 tahun, yang membantu mengarahkan negara-kota Asia Tenggara itu melewati pandemi Covid-19 sebagai ketua bersama satuan tugas pemerintah, telah diperkirakan oleh para analis sebagai calon penerus Lee, 70 tahun.
Suksesi kepemimpinan di negara itu, yang diatur oleh PAP sejak kemerdekaan 1965, biasanya merupakan urusan yang direncanakan dengan hati-hati.
"Saya sudah berusia 70 tahun dan saya tak sabar untuk menyerahkannya kepada Lawrence begitu dia siap," kata Lee dalam konferensi pers. Dia mengatakan mereka kemudian akan memutuskan apakah dia atau Wong akan memimpin partai ke pemilihan umum berikutnya.
Lepas dari pembatasan perjalanan dan peraturan ketat yang menjadikannya kisah sukses pandemi, Singapura berlomba-lomba untuk mempertahankan dan membangun statusnya sebagai pusat perdagangan internasional.
“Pandemi belum berakhir, kita harus melewatinya,” kata Wong ketika ditanya tentang isu-isu besar yang dihadapi negara.
"Ada tantangan ekonomi yang cukup besar untuk diatasi yang timbul dari perang di Ukraina, paling tidak ancaman inflasi yang lebih tinggi dan lebih persisten serta pertumbuhan lebih lemah."
Dia mengatakan negara itu juga perlu melihat ke cakrawala untuk memposisikan dirinya di "dunia yang lebih kompleks, bergejolak, dan tidak dapat diprediksi".
Reuters