TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan Presiden Prancis masuk putaran kedua yang akan digelar pada 24 April 2022. Dua calon akan berhadapan, yaitu presiden petahana Emmanuel Macron yang pro-bisnis atau Marine Le Pen yang berhaluan sayap kanan.
Berikut ini sikap mereka dalam berbagai hal, mulai dari pandangan pada masyarakat Muslim sampai posisi Prancis di NATO.
Masalah Hijab dan Muslim
- Marine Le Pen berjanji akan melarang wanita Muslim mengenakan jilbab di depan umum. Ia menguraikan bagaimana komitmennya untuk melarang jilbab di semua tempat umum dan aturan itu ditegakkan oleh polisi dengan cara yang sama seperti mengawasi penggunaan sabuk pengaman dikenakan di mobil.
"Orang-orang akan didenda dengan cara yang sama seperti tidak mengenakan sabuk pengaman. Bagi saya, polisi tampaknya sangat mampu menegakkan tindakan ini," katanya seperti dikutip Arabnews, 4 April 2022.
- Macron pada 2020 menyatakan bahwa “Islam berada dalam krisis di seluruh dunia.” Dia juga mengakhiri program yang dimulai pada tahun 1977 yang membawa imam asing untuk mengajar di Prancis.
Macron ingin para imam dilatih di tanah Prancis dan memastikan mereka berbicara bahasa Prancis. Namun hal ini mengabaikan poin yang lebih luas bahwa para imam dari negara-negara berbahasa Arab seringkali memiliki pemahaman yang jauh lebih bernuansa tentang berbagai interpretasi Al-Qur’an, Hadits dan tulisan-tulisan Islam lainnya.
Macron juga telah melarang jilbab dalam pengaturan tertentu, bahkan jika dia tidak mendukung pelarangan jilbab dalam olahraga, yang mendapat dukungan dari Senat Prancis.
Ekonomi
- Le Pen ingin menerapkan kebijakan "Beli barang buatan Prancis" untuk tender publik, memotong usia pensiun minimum menjadi 60 untuk mereka yang mulai bekerja sebelum 20, menghapus pajak penghasilan untuk mereka yang berusia di bawah 30, dan memotong PPN energi menjadi 5,5% dari 20%.
Dia akan menganggarkan 2 miliar euro ($2,18 miliar) selama 5 tahun untuk meningkatkan gaji pekerja rumah sakit dan merekrut 10.000 tenaga baru. Gaji guru akan naik 15% selama 5 tahun, demikian dikutip dari Reuters, Senin, 11 April 2022
- Macron akan meningkatkan usia pensiun minimum menjadi 65 dari 62 tahun. Ia juga berjanji membuat beberapa tunjangan kesejahteraan bersyarat pada 15-20 jam pelatihan, mirip dengan kebijakan Amerika Serikat atau Inggris.
Asuransi pengangguran, yang saat ini menjamin pekerja hingga dua pertiga dari gaji mereka selama dua tahun jika mereka kehilangan pekerjaan, akan dikaitkan dengan kekuatan ekonomi.
Berikutnya: Kritis pada Uni Eropa dan NATO