TEMPO.CO, Jakarta - Banjir di Sydney berlanjut. Ratusan penduduk diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka Jumat, 8 April 2022, ketika sungai meluap akibat hujan deras selama sebulan terakhir mulai mereda.
Seorang pria ditemukan tewas setelah mobilnya tersapu banjir di barat daya kota di Australia itu, kata polisi, sementara tayangan televisi menunjukkan jalan-jalan yang terendam air dan menggenangi rumah dan wilayah bisnis.
Pantai timur Australia dihantam oleh tiga pola cuaca liar terpisah dalam enam minggu terakhir dengan beberapa daerah masih berjuang untuk membersihkan berton-ton sampah setelah banjir dahsyat menenggelamkan seluruh kota.
"Sementara curah hujan mulai mereda di sebagian besar tempat, kami berharap untuk melihat tingkat sungai itu terus meningkat untuk beberapa waktu sebelum mulai mereda kembali selama 12 hingga 24 jam ke depan," kata Komisioner Layanan Darurat New South Wales Daniel Austin.
Hujan deras meningkatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor, dengan Sydney menerima lebih dari rata-rata curah hujan tahunan.
Banyak penduduk di pinggiran barat kota, yang diminta untuk mengungsi pada awal Maret, diperintahkan untuk pindah lagi minggu ini. Lebih dari 4.000 warga menghadapi evakuasi banjir.
"Ini memilukan. Saya merasa kasihan pada pemerintah kota... mereka telah bekerja keras membersihkan dan kemudian muncul lagi entah dari mana," seorang penduduk di pinggiran kota Sydney yang dilanda banjir mengatakan kepada televisi ABC.
Sydney, yang mencatat rekor Maret terbasah, menerima sekitar 170 mm hujan pada Kamis, data resmi menunjukkan.
Biro Meteorologi memperkirakan curah hujan hingga 50 mm pada hari Jumat dan memperingatkan sungai-sungai besar di pinggiran barat bisa melampaui tingkat puncaknya beberapa hari le depan. Bendungan Warragamba, pasokan air utama Sydney, mulai meluap pada hari Jumat.
Fenomena cuaca La Nina, biasanya terkait dengan peningkatan curah hujan, telah mendominasi musim panas pantai timur Australia.