TEMPO.CO, Jakarta -Negara-negara Uni Eropa beramai-ramai mengusir ratusan diplomat Rusia pada Selasa di tengah meningkatnya kemarahan atas pembantaian warga sipil di Kota Bucha, Ukraina. Seperti Dilansir France24, Selasa 5 April 2022, lebih dari 200 utusan Rusia dan staf dipulangkan dalam kurun waktu 48 jam.
Setelah Jerman dan Prancis mengumumkan pengusiran sekitar 75 diplomat Rusia pada Senin, negara-negara termasuk Italia, Spanyol dan Slovenia mengikuti langkah tersebut pada Selasa. Sementara Uni Eropa sendiri menyatakan "persona non grata" sekelompok pejabat Rusia yang bekerja dengan lembaga-lembaganya.
Pengusiran itu karena tuduhan mata-mata atau "alasan keamanan nasional", tetapi terjadi setelah kecaman internasional atas pembunuhan di kota Bucha, dekat Kyiv, di mana puluhan mayat ditemukan setelah pasukan Rusia mundur.
Moskow telah menolak tuduhan Barat bahwa pasukannya bertanggung jawab, menunjukkan bahwa gambar yang dirilis adalah palsu atau kematian terjadi setelah mereka ditarik keluar.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan Selasa bahwa pengusiran massal diplomatnya adalah "langkah picik"."Mempersempit peluang untuk komunikasi diplomatik dalam lingkungan krisis yang sulit yang belum pernah terjadi sebelumnya adalah langkah picik yang akan semakin memperumit komunikasi kita, yang diperlukan untuk menemukan solusi," katanya.
"Dan ini pasti akan mengarah pada langkah-langkah pembalasan," tambahnya.
Pengusiran itu dilakukan saat Uni Eropa membahas sanksi putaran kelima terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina pada 24 Februari.
Italia mengumumkan mengirim pulang 30 diplomat Rusia dengan alasan "keamanan nasional", sebagai bagian dari tindakan terkoordinasi dengan sekutu Uni Eropa dan AS.
Pemerintah Slovenia mengatakan 33 diplomat Rusia diusir dan duta besar Rusia dipanggil untuk mengungkapkan "kejutan negara atas pembunuhan warga sipil Ukraina". Ia kemudian memanggil duta besarnya untuk Rusia, Branko Rakovec, kembali ke Slovenia untuk berkonsultasi.
Estonia, yang berbatasan dengan Rusia, mengatakan pihaknya mengusir 14 staf konsuler Rusia, termasuk tujuh karyawan berstatus diplomatik, dan menutup kantor konsulat jenderal dan konsulat Rusia.
Rumania mengumumkan pengusiran 10 anggota kedutaan Rusia di Bucharest, sementara Portugal juga menyatakan 10 staf di kedutaan Rusia "persona non grata" karena melakukan kegiatan "bertentangan dengan keamanan nasional".
Dan pemerintah Spanyol mengatakan akan segera mengusir sekitar 25 diplomat Rusia dan staf kedutaan yang "mewakili ancaman bagi kepentingan negara". Di Madrid, Menteri Luar Negeri Jose Manuel Albares mengungkapkan kemarahan negaranya pada "gambaran tak tertahankan yang telah kita lihat dari pembantaian warga sipil di kota Bucha".
Namun dia mengatakan duta besar Rusia untuk Spanyol akan tetap menjaga dialog tetap terbuka, "karena kami tidak kehilangan harapan bahwa perang Putin akan berakhir".
Denmark juga akan mempertahankan duta besar Rusia untuk alasan yang sama -- sambil mengusir 15 "petugas intelijen" yang dituduh melakukan mata-mata, kata pemerintah.
Ia mengutuk apa yang disebutnya "kebrutalan Rusia" di Bucha, dengan mengatakan: "Serangan yang disengaja terhadap warga sipil adalah kejahatan perang."
Menteri luar negeri Swedia, Ann Linde, mengatakan kepada wartawan bahwa pihaknya mengusir tiga diplomat Rusia yang "melakukan operasi intelijen ilegal di Swedia".
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mendesak dunia untuk memberlakukan sanksi baru yang keras terhadap Rusia atas pembunuhan di Bucha, yang ia gambarkan sebagai "kejahatan perang" dan "genosida".
BACA JUGA: Rusia Ubah Taktik, Kerahkan Pasukan ke Ukraina Timur
SUMBER: FRANCE24
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.