3. Dua Sekutu Putin di Eropa Menang Pemilu di Tengah Perang Rusia Ukraina
Dua pemimpin politik sayap kanan yang bersahabat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin telah memenangkan pemilihan umum di Eropa. Masing-masing dari mereka terpilih untuk periode kedua di tengah kecaman masif terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dengan mudah berlayar menuju kemenangan melawan koalisi lawan politik dari kiri dan kanan. Begitu pula Presiden Serbia Aleksandar Vucic yang memenangkan masa jabatan kedua dengan 60 persen suara.
Di Serbia, Vucic telah mengecap tentang hubungan pribadinya dengan Putin. Pemimpin populis itu juga menolak mengutuk Rusia atau menjatuhkan sanksi pada negara itu setelah menginvasi Ukraina awal tahun ini.
Sementara itu, di Hungaria, Orban menggunakan pidato kemenangannya untuk menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai lawan Hungaria. Padahal sebelumnya dia telah mendesak perdamaian di Ukraina.
Para pemimpin Eropa mengkritik Hungaria karena mencoba berjalan di atas tali netralitas terkait perang. "Orban telah membangun hubungan dengan otokrat, seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping, sambil menolak prinsip-prinsip demokrasi liberal Barat," kata Rob Schmitz dari NPR pada All Things Considered pekan lalu, dikutip pada Selasa, 5 April 2022.
Selama 12 tahun berkuasa, Orban sering bentrok dengan Uni Eropa. Kritikus menilai Hungaria semakin tidak demokratis karena menguasai narasi media konvensional dan menindak populasi LGBTQ di negara itu.
Partai Fidesz pimpinan Orban meraih 135 kursi di parlemen yang beranggotakan 199 orang, dibandingkan dengan 56 kursi yang diperkirakan untuk oposisi.
Dari penjuru Benua Biru lain, pemilih di Prancis yang menuju ke tempat pemungutan suara pada hari Minggu akan melihat kandidat presiden sayap kanan Eric Zemmour dalam surat suara. Zemmour, yang telah dihukum karena menggunakan pidato kebencian setidaknya tiga kali. Sebelumnya ia telah menyatakan dukungan untuk Rusia, meskipun ia mengutuk perang Rusia Ukraina.
REUTERS | RUSSIA TODAY | NPR