TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan tak ingin bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di acara G20 yang berlangsung di Bali, Indonesia pada November mendatang. Dia mengatakan telah menelepon Presiden Indonesia Joko Widodo, yang menjadi tuan rumah G20 tentang pendapatnya itu.
Menurut Trudeau, kehadiran Putin akan sangat sulit bagi negara-negara Barat dan tidak produktif untuk G20. "Ini akan menjadi masalah besar bagi banyak negara, termasuk Kanada," katanya kepada wartawan di Ottawa, Kamis, 31 Maret 2022.
Trudeau menjelaskan bahwa KTT G20 adalah tentang bagaimana negara-negara mengelola dan mendorong pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. "Rusia dengan invasi ilegalnya ke Ukraina telah menjungkirbalikkan pertumbuhan ekonomi bagi semua orang di seluruh dunia. Rusia tidak mungkin menjadi mitra konstruktif dalam cara kita mengelola krisis yang diciptakan oleh invasi ilegal Rusia ke Ukraina," ujarnya.
"Intinya adalah tidak mungkin bisnis seperti biasa dengan adanya Vladimir Putin duduk di sekitar meja dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Karena hal itu tidak baik-baik saja, dan itu adalah salah Putin," ujarnya.
Barat mendesak keanggotan Rusia dalam G20 ini dicopot karena invasi yang dilakukannya ke Ukraina. Alih-alih mengusir Rusia, beberapa negara akan mempertimbangkan untuk melewatkan pertemuan G20.
Kremlin sudah menyatakan pada Jumat, 25 Maret 2022, bahwa pihaknya tidak keberatan jika ditendang dari keanggotan. Sebab, kebanyakan negara dari kelompok 20 sudah perang ekonomi dengan Rusia.
Indonesia sejauh ini menyatakan akan mengundang semua pihak dari anggota G20. Duta besar sekaligus staf khusus program prioritas Kementerian Luar Negeri RI dan Co-Sherpa G20 Indonesia, Dian Triansyah Djani, mengatakan pada Kamis, 24 Maret 2022, surat undangan untuk Rusia agar negara itu hadir di KTT G20 sudah dikirimkan pada 22 Februari 2022.
Baca: Rusia Terancam Dikeluarkan dari G20, Kremlin: Tidak Masalah
REUTERS | NDTV