TEMPO.CO, Jakarta - Rusia pada Senin, 21 Maret 2022, mengklarifikasi bahwa benar mereka telah menyerang sebuah pusat perbelanjaan di Ibu Kota Kyiv dengan senjata jarak jauh. Alasannya, mal itu sudah digunakan sebagai tempat penyimpanan roket dan tempat pengisian ulang (senjata) bagi tentara Ukraina.
Mal Kyiv diserang pada Minggu, 20 Maret 202, yang menewaskan setidaknya delapan orang. Hantaman bom ke pusat perbelanjaan itu, juga membuat gedung-gedung di sekitarnya sampai retak dan muncul kepulan asap di antara puing-puing bangunan.
Dahsyatnya hantaman bom itu, juga bisa terlihat dari mobil-mobil yang terbakar hingga rangkanya yang bengkok, padahal kendaraan itu letaknya ratusan meter dari TKP.
“Ada sejumlah area dekat pusat perbelanjaan, yang sebagian besar areanya digunakan sebagai tempat menyimpan amunisi roket dan pengisian ulang peluncur-peluncur roket,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov.
Sistem roket multi-peluncuran BM-30 Smerch (Tornado) diyakini sebagai senjata Rusia yang menembakkan roket dengan hulu ledak cluster-bom ke warga sipil Ukraina. Smerch telah beroperasi sejak 1987 dan pada saat itu merupakan salah satu sistem roket paling mematikan di dunia. Foto : 19fortyfive
Konashenkov mengkonfirmasi sejumlah senjata jarak jauh pada malam tanggal 21 Maret 2022, telah menghancurkan sebuah battery peluncur dan sebuah tempat penyimpanan amunisi. Pusat perbelanjaan itu, juga di konfirmasikannya sudah tidak berfungsi lagi sebagai mana mustinya sebelum diserang Rusia.
Konashenkov menunjukkan rekaman video, yang disebutnya memperlihatkan Ukraina telah menggunakan mal itu sebagai pusat penyimpanan senjata dan tempat pengisian ulang bahan bakar.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang, membuat hampir 10 juta warga mengungsi. Invasi ini juga telah menimbulkan kekhawatiran kalau Rusia dan Amerika Serikat bakal berkonfrontasi.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan operasi militer khusus yang mereka lakukan di Ukraina adalah hal yang perlu dilakukan. Sebab Amerika Serikat telah menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia. Bukan hanya itu, Rusia pun harus membela warga Ukraina yang berbicara bahasa Rusia dari pembantaian.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ukraina Tolak Ultimatum Rusia untuk Serahkan Mariupol
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.