TEMPO.CO, Jakarta - Perwira Junta Myanmar berpangkat letnan kolonel membelot dan bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) pada Kamis, 24 Februari 2022.
Menurut Myanmar Now, perwira tersebut, yang nama dan posisinya sebelumnya tidak diungkapkan karena alasan keamanan, dilaporkan sebagai komandan batalyon sebelum meninggalkan Junta.
“Pangkatnya adalah yang tertinggi di antara mereka yang telah bergabung dengan kami. Ini juga akan mempengaruhi dewan militer secara signifikan,” kata perwira desertir lain.
Pertempuran harian telah terjadi antara pasukan junta dan kelompok perlawanan di negara bagian Chin, Kachin, Karen dan Karenni serta di Wilayah Sagaing.
Menurut kementerian pertahanan di bawah naungan Pemerintah Persatuan Nasional, sebanyak 8.354 tentara Myanmar telah tewas dan 2.896 terluka dalam pertempuran sampai pertengahan Februari.
Sekitar 2.000 tentara dilaporkan membelot dari militer sejak kudeta pada Februari tahun lalu, kata Kapten Lin Htet Aung, seorang anggota CDM, beberapa waktu lalu.
Lin Htet Aung mengawasi Pyi Thu Yin Khwin, yang berarti “Pelukan Rakyat”, sebuah organisasi pendukung pembelot tentara.
“Pada tahun 2022, kami mengharapkan lebih banyak tentara bergabung dengan perlawanan dan membawa senjata mereka karena keterampilan militer yang jauh lebih baik dari pasukan revolusioner di lapangan,” katanya. “Sulit untuk mengatakan berapa banyak yang pasti, tetapi lebih banyak tentara akan bergabung dengan perlawanan.”
Menteri Penerangan Dewan Militer Myanmar, Maung Maung Ohn mengatakan pada hari Kamis di sebuah surat kabar yang dikelola junta bahwa jumlah anggota pasukan yang membelot dapat diabaikan.