TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin ISIS berikutnya kemungkinan besar berasal dari kelompok Irak yang muncul setelah invasi AS tahun 2003, kata dua pejabat keamanan Irak dan tiga analis independen seperti dilaporkan Reuters, Rabu, 9 Februari 2022.
Kelompok calon penerus Abu Ibrahim Al Hashimi al-Quraishi, yang meledakkan dirinya saat diserbu pasukan AS di Suriah pekan lalu, termasuk seorang komandan yang dinyatakan tewas oleh Washington dan Baghdad tahun lalu, kata para pejabat Irak.
Kematian Quraishi, 45 tahun, merupakan pukulan telak bagi ISIS dua tahun setelah kelompok teror kejam ini kehilangan pemimpin lama Abu Bakr al-Baghdadi dalam serangan 2019.
Quraishi, berkebangsaan Irak, tidak pernah secara terbuka berbicara kepada pengikutnya, menghindari komunikasi elektronik dan mengawasi pergerakan pertempuran di unit-unit kecil yang didelegasikan untuk menghindari pasukan Irak dan AS.
ISIS, yang memberlakukan aturan brutal atas sebagian besar Irak dan Suriah dari 2014 hingga 2017, dan melanjutkan teror mematikan di Timur Tengah dan Asia, tampaknya saat ini sedang menunggu pemimpin baru.
Fadhil Abu Rgheef, penasihat keamanan Irak, mengatakan setidaknya ada empat calon pengganti.
"Ini termasuk ... Abu Khadijah, yang terakhir diketahui berperan sebagai pemimpin Negara Islam Irak, Abu Muslim, pemimpin provinsi Anbar, dan lainnya bernama Abu Salih, hanya ada sedikit informasi tentangnya tetapi dia dekat dengan Baghdadi dan Quraishi," katanya.
"Ada juga Abu Yassir al-Issawi, yang diduga masih hidup. Dia berharga bagi kelompok itu karena memiliki pengalaman militer yang panjang."
Kabar kematian Issawi dalam serangan udara pada Januari 2021 dilaporkan oleh pasukan Irak serta koalisi militer pimpinan AS yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah.
Namun seorang pejabat keamanan Irak menegaskan ada kecurigaan kuat bahwa Issawi masih hidup. "Jika dia tidak mati, dia akan menjadi kandidat, dia dicari karena merencanakan serangan militer dan memiliki ribuan pendukung," kata pejabat itu.
Berikutnya: ISIS sulit dihancurkan?