Pejabat itu mengatakan, Negara Islam kemungkinan melakukan pembersihan keamanan menyusul bocornya lokasi persembunyian Quraisy sebelum berkumpul untuk memilih atau mengumumkan penggantinya.
Hassan Hassan, editor majalah New Lines yang telah menerbitkan penelitian tentang Quraishi, mengatakan pemimpin baru kemungkinan anggota veteran asal Irak.
"Jika mereka memilih pemimpin dalam beberapa minggu mendatang, mereka kemungkinan memilih seseorang dari lingkaran yang sama ... kelompok yang merupakan bagian dari kelompok Anbari yang beroperasi di bawah (nama) ISIS sejak awal," katanya.
Negara Islam muncul dari gerilyawan Sunni yang melancarkan pemberontakan terhadap pasukan AS dan Irak setelah 2003.
Negara Islam Irak, juga dikenal sebagai al Qaeda di Irak, adalah cabang dari organisasi al Qaeda global Osama Bin Laden dan pendahulu ISIS, yang terbentuk dalam kekacauan perang saudara Suriah di seberang perbatasan.
Baghdadi dan Quraishi, keduanya anggota al Qaeda di Irak sejak awal, pernah ditahan AS pada pertengahan 2000-an. Sebaliknya, tidak satu pun dari empat calon penerus Quraisy yang ditangkap oleh pasukan AS, kata seorang pejabat keamanan dan seorang kolonel kepada Reuters.
Para pejabat dan analis di berbagai negara setuju bahwa Negara Islam berada di bawah tekanan lebih dari sebelumnya dan tidak akan pernah bisa mengembalikan kejayaannya.
Namun tidak berarti mereka akan mudah dihancurkan. Sejak kekalahan teritorial mereka di Irak pada 2017 dan Suriah pada 2019, para pemimpin ISIS mudah bergerak di antara kedua negara, dibantu oleh kesenjangan di bidang kendali antara angkatan bersenjata yang berbeda.
Pejabat keamanan dan militer mengatakan perbatasan sepanjang 600 km dengan Suriah membuat pasukan Irak sangat sulit untuk mencegah anggota ISIS menyusup melalui terowongan bawah tanah.